REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Presiden Prancis Francois Hollande mengutuk tindakan memalukan pegiat sayap kiri yang bentrok dengan polisi antihuruhara di bakal tempat peringatan serangan Paris, menjelang konferensi iklim penting PBB, Ahad (29/11).
Sekitar 100 orang ditangkap setelah pengunjuk rasa di lapangan Place de la Republique melempari petugas dengan botol dan lilin, yang ditinggalkan untuk menghormati korban serangan 13 November lalu.
(Baca: Ribuan Orang Gelar Protes Perubahan Iklim di Amsterdam)
"Unsur penggangu itu tidak ada hubungannya dengan pembela lingkungan. Mereka melakukan ulah itu tidak untuk keberhasilan pembicaraan COP2, tapi hanya untuk membuat kejadian," kata Hollande dalam pertemuan Uni Eropa-Turki di Brussels.
"Peristiwa tersebut sangat disesalkan, bahkan sangat memalukan bahwa itu terjadi di Place de la Republique, tempat banyak bunga dan lilin diletakkan untuk menghormati korban tewas dalam serangan Paris 13 November," tambahnya.
(Baca: Protes Perubahan Iklim, 20 Ribu Pasang Sepatu 'Ikut Demo')
Menurut Hollande, bentrokan itu sangat disesalkan dalam kaitannya dengan konferensi iklim yang menjadi kesempatan para pemimpin dunia memutuskan masa depan planet bumi.
Sekitar 4.500 pegiat bergandeng tangan di ibu kota Prancis dalam unjuk rasa damai yang bertujuan meminta pemimpin dunia membatasi pemanasan global.
(Baca: Konferensi Iklim, Ratusan Negara Gelar Demo Serentak)
Prancis melarang segala bentuk unjuk rasa, termasuk yang ditujukan untuk pembicaraan iklim, setelah aksi kekejaman pada 13 November yang menyebabkan 130 orang tewas.