REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama menjadi magnet dalam setiap pertemuan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim di Paris, Prancis.
Namun, magnet kuat yang dimiliki presiden kulit hitam pertama di Amerika itu membuat agenda pertemuan Mission Inovation yang digelar di sela-sela KTT Paris pada Senin (30/11) sore waktu setempat menjadi sedikit kacau.
Acara yang melibatkan Bill Gates tersebut memang molor dari jadwal yang ditetapkan. Tak jelas penyebabnya. Sejumlah presiden dan perdana menteri dibuat menunggu tanpa ada kejelasan.
Sekitar 20 menit berselang, Presiden Prancis Francois Hollande tiba di lokasi acara. Namun, Obama belum juga tampak. Kebetulan saat itu Presiden Jokowi juga belum hadir.
Singkat cerita, acara akhirnya dimulai. Presiden Hollande membawakan pidatonya dalam bahasa Perancis kemudian disusul dengan pidato dari Bill Gates. Presiden Jokowi baru tiba saat Gates sedang berbicara di atas podium.
Setelah Bill Gates menyelesaikan pidatonya, Obama datang. Para presiden dan perdana menteri lainnya yang telah lama menunggu dipersilakan naik ke atas panggung untuk sesi foto bersama.
Kemudian, tiba giliran Obama berbicara di podium. Sementara di atas panggung masih ada Presiden Hollande, Bill Gates dan Perdana Menteri India yang duduk berdampingan. Adapun para presiden dan perdana menteri lainnya duduk berjejer di barisan utama menghadap panggung.
Dalam pidatonya, Obama menyebut bahwa semua bangsa saat ini membutuhkan energi yang tak hanya murah tapi juga mudah diperbarui. Karenanya, Presiden yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Indonesia itu mengajak semua pihak untuk mendukung pengembangan energi terbarukan.
Sekitar 10 menit berbicara, Obama turun podium dan dilanjutkan dengan pidato dari PM India. Setelah semua orang yang berada di atas panggung mendapat giliran bicara, Presiden Hollande memohon izin meninggalkan tempat lebih dulu karena ia memiliki agenda pertemuan lain.
Acara berlanjut dan tak terpengaruh dengan perginya Hollande. Pembawa acara yang berbahasa Prancis kemudian mempersilakan Presiden Jokowi maju ke podium untuk menyampaikan pidatonya.
Namun, belum sempat Jokowi maju ke atas panggung, Presiden Obama sudah berdiri untuk pamit meninggalkan ruangan. Melihat Obama pergi, para pemimpin negara lain serta merta ikut bangkit dan meninggalkan acara, antara lain PM Jepang Shinzo Abe, PM Norwegia Erna Solberg, PM Arab Saudi, Presiden Kanada dan Presiden Korea.
Kekacauan itu tak pelak membuat Jokowi bingung. Presiden terlihat sempat berdiskusi dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsoedi sampai akhirnya memutuskan untuk ikut meninggalkan tempat acara. Padahal, interpreter dari Kementerian Luar Negeri, yang bertugas menerjemahkan pidato Jokowi dari bahasa Indonesia ke Inggris, sudah siaga di kotak penyulih bahasa.
Namun, Jokowi tak sendiri, belasan pemimpin negara lain juga bernasib serupa. Hanya saja, Indonesia memang mendapat urutan paling pertama untuk maju ke atas podium.
Seorang pria yang bertugas sebagai penerjemah pidato PM Arab Saudi juga nampak kebingungan ketika melihat ruang pertemuan tiba-tiba menjadi sepi. Dia mengaku sudah menyiapkan diri di lokasi pertemuan sejak pukul 05.00 pagi. Namun, hingga acara bubar mendadak, belum ada satu kata pun dari PM Arab Saudi yang dia terjemahkan.
"Ini lucu sekali," ujarnya dalam bahasa Inggris.
Di luar hall pertemuan, terlihat masih ada beberapa pemimpin dunia yang berbincang-bincang satu sama lain, termasuk Jokowi. Setelah perbincangan usai, Jokowi langsung menuju satu kursi yang berada di tengah-tengah ruangan dan duduk sendiri. Presiden terlihat berpikir.
Tergambar jelas di wajahnya gurat kelelahan karena agenda yang padat sepanjang hari. Berdiri mengelilingi Jokowi, Menteri Luar Negeri Retno Marsoedi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya serta Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.
Terlihat jelas Jokowi kecewa. Namun, ia berusaha berbesar hati karena bagaimana pun hal itu bukan kesalahannya.
"Ya bagaimana, yang lain juga batal bicara semua kok. Tapi memang dari negara-negara yang hadir kita dapat urutan pertama," ucap Presiden.