REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pertemuan 150 pemimpin dunia menyepakati untuk tidak lagi beretorika dan lebih mengedepankan aksi nyata untuk memperlambat perubahan iklim.
Presiden Barack Obama dan Presiden Cina Xi Jinping dengan sejumlah negara lain mendesak untuk mencapai kata sepakat demi memperlambat kenaikan suhu global, yang menjadi penyebab banjir, gelonbang panas dan naiknya permukaan laut.
Meski para pemimpin dunia tersebut telah meninggalkan Paris, negosiator dari 195 negara yang tinggal masih bekerja dengan draft yang berjumlah lebih dari 50 halaman, yang berisikan perbedaan-perbedaan pendapat.
Poin utama yang menjadi persoalan adalah bagaimana dana miliaran dolar yang dibutuhkan untuk membiayai program energi ramah lingkungan, jika negara-negara berkembang tidak mesti bergantung pada bahan bakar fosil.
Banyak kalangan berharap pada KTT ikli, PBB di Paris ini, setelah harapan pada KTT terakhir pada 2009 di Kopenhagen, pupus karena dianggap gagal yang disebabkan adanya kesenjangan antara negara kaya dan miskin.
Delegasi Cina Su Wei, seperti dilansir Reuters, Rabu (2/12), mencatat dengan penuh keprihatinan, yang dinilai kurangnya komitmen oleh negara kaya, untuk mewujudkan pemangkasan emisi gas rumah kaca, dan membantu negara-negara berkembang dengan keuangan yang baru untuk mengatasi pemanasan global.
Menteri Lingkungan Hidup Peru, Manuel Pulgar Vidal mengatakan, KTT iklim masih sebatas perjanjian-perjanjian diatas kertas dengan banyak pilihan.
''Tapi semua orang telah menunjukan komitmen mereka untuk mencapai kesepakatan,'' ujar dia.
Nada optimis itu muncul setelah India dan Perancis mengumumkan rencana mereka untuk menggelontorkan dana sebesar satu triliun dolar untuk pembangunan tenaga surya, untuk orang-orang miskin di dunia.
Pendiri Microsoft Bill Gates, yang berinisiasi dari sektor swasta dengan menyiapkan dana miliaran dolar, untuk penelitian dan pengembangan energi baru.