Rabu 02 Dec 2015 22:56 WIB

Ajak Negara Kecil, NATO Abaikan Rusia

Jens Stoltenberg
Foto: EPA/Olivier Hoslet
Jens Stoltenberg

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Menteri luar negeri NATO, Rabu, mengundang negara kecil Montenegro masuk persekutuan tersebut dalam pemekaran pertamanya sejak 2009. NATO mengabaikan peringatan Rusia bahwa perluasan kelompok pimpinan AS itu lebih jauh ke Balkan adalah penghasutan.

Dalam sidang di markas NATO di Brussels, Menteri Luar Negeri Montenegro Igor Luksic masuk ke ruang pertemuan dan mendapat tepuk tangan dari para timpalannya ketika pemimpin NATO Jens Stoltenberg menyatakan,"Ini awal dari persekutuan sangat indah.''

Diplomat NATO mengatakan keputusan mengundang negara Adriatik berpenduduk 650 ribu jiwa itu mengirimkan pesan kepada Rusia bahwa Moskow tidak memiliki hak tolak terhadap perluasan NATO ke timur, meskipun tawaran keanggotaan Georgia diperumit perang dengan Rusia pada 2008.

Setelah Albania dan Kroasia bergabung dengan NATO Pada 2009, hanya Serbia, sekutu terdekat Rusia di kawasan Balkan, yang tidak aktif mengajukan permintaan keanggotaan dengan blok itu.

Meski Montenegro telah diundang untuk bergabung dengan NATO, diperlukan waktu hingga 18 bulan bagi sebuah negara untuk bergabung secara resmi.

Diplomat NATO mengatakan keanggotaan tersebut sepertinya akan disahkan pada pertemuan puncak pemimpin negara-negara NATO pada Juli di Warsawa.

Moskow menentang perluasan NATO ke wilayah bekas komunis di Eropa bagian timur dan tenggara, bagian dari perebutan pengaruh antara barat dan timur atas negara-negara bekas Uni Soviet, yang menjadi pusat krisis di Ukraina.

Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada September bahwa ekspansi NATO adalah satu kesalahan, bahkan sebuah provokasi. Dalam tanggapannya kepada media Rusia, ia menggambarkan kebijakan pintu terbuka NATO itu tidak bertanggung jawab.

Menlu NATO menghentikan hubungan resmi dengan Rusia pada April 2014 setelah Moskow mencaplok semenanjung Krimea di Ukraina dan memantik konflik di Ukraina timur yang telah menewaskan lebih dari 8 ribu orang.

 

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement