REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak klaim Rusia yang mengatakan Turki mendapat manfaat dari perdagangan minyak kelompok ISIS. Erdogan juga dengan tegas menyebut tuduhan Rusia sebagai fitnah.
"Tidak ada yang memiliki hak untuk terlibat dalam fitnah terhadap Turki dengan mengatakan Turki membeli minyak dari Daesh (ISIS))," katanya dikutip dari laman BBC News, Rabu (2/12).
Rusia mengatakan, Turki adalah pembeli terbesar minyak yang diselundupkan dari wilayah ISIS. Rusia bahkan menuduh Erdogan dan keluarganya terlibat langsung. Namun Erdogan mengaku akan mengundurkan diri jika tuduhan tersebut terbukti.
Hubungan antara Rusia dan Turki tegang dan saling melemparkan amarah atas penembakan jet tempur Rusia oleh pesawat Turki. Namun, Erdogan tidak ingin melihat hubungan dengan Rusia memburuk lebih lanjut.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia menampilkan gambar satelit yang menunjukkan truk tangki sarat minyak melintas dari wilayah ISIS di Irak dan Suriah ke Turki.
"Menurut informasi yang tersedia, tingkat tertinggi kepemimpinan politik negara, Presiden Erdogan dan keluarganya yang terlibat dalam bisnis kriminal ini," ujar Wakil Menteri Pertahanan Anatoly Antonov.
Itu merupakan bagian dari bukti untuk saat ini dan tidak memberikan bukti langsung dari klaim mereka bahwa Erdogan dan keluarganya terlibat.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengaku siap untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada konferensi keamanan di Serbia pekan ini. Hal ini akan menjadi pertama kalinya kedua negara bertemu sejak jatuhnya jet.