Senin 07 Dec 2015 03:41 WIB

Ilmuwan Peringatkan Ancaman Serius Akibat Kualitas Tanah Menurun

Rep: C38/ Red: Nur Aini
Dua ekskavator mengeruk lumpur yang mengendap menjadi tanah di pinggiran Banjir Kanal Barat (BKB), Jakarta, Senin (2/11).  (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Dua ekskavator mengeruk lumpur yang mengendap menjadi tanah di pinggiran Banjir Kanal Barat (BKB), Jakarta, Senin (2/11). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, BONN -- Tanah yang kita tinggali saat ini mendapat ancaman serius. Setiap hari, tanah tandus dan hamparan beton semakin meluas. Para ilmuwan memperingatkan penurunan kualitas tanah yang drastis di masa mendatang.

Günter Miehlich, seorang pensiunan guru besar ilmu tanah di Universitas Hamburg menunjukkan berbagai masalah serius yang dialami tanah. "Tanah kita menderita dampak akibat salinasi, kontaminasi dengan zat-zat berbahaya, pemadatan, kegiatan pembangunan, dan pertambangan," kata Miehlich, dilansir dari Deutsche Welle, Sabtu (5/12).

Menurut Heinrich Boll Foundation, sebanyak 145 kilogram pupuk per hektare telah disebar per tahun antara 2005-2007 di berbagai negara industri. Di negara-negara seperti Jerman, pemupukan berlebihan telah menyebabkan polusi serius terhadap air tanah. Biaya pembuatan air layak minum terus meningkat.

Miehlich menambahkan, pembukaan lahan pertanian baru juga menimbulkan dampak serius. Di daerah hutan hujan dekat khatulistiwa, hutan dibakar untuk membuat lahan pertanian. Setelah itu, sejumlah besar pupuk diperlukan untuk membudidayakan tanaman.

Traktor dan mesin pertanian lain memadatkan lapisan tanah, sementara pupuk dan pestisida merusak mikroorganisme alami. Karena makin kurangnya pohon, tanah di permukaan mengering dan terkikis akibat akar tanaman belum mapan.

Jalan yang dibangun untuk mengakses lahan pertanian baru di hutan menyebabkan kerusakan lebih lanjut dari ekosistem. Hasilnya, adalah hilangnya keanekaragaman hayati, erosi, dan desertifikasi. Kondisi ini memulai lingkaran setan, mulai dari kurangnya nutrisi tanah, hasil panen yang lebih rendah, kelaparan, kemiskinan, sampai penambahan migrasi ke kota. Sayangnya, banyak orang tidak memahami hal ini karena degradasi tanah bersifat lambat.

Miehlich menambahkan, pemilik rumah juga berperan dalam menghancurkan sumber daya tanah. Manusia modern di perkotaan mempunyai kecenderungan untuk membuat taman-taman kecil di halaman, menutup tanah dengan batu atau beton. Menurut dia, hal ini mencegah kemampuan tanah untuk menyerap air dan akhirnya membunuh mikroorganisme yang hidup di bawah tanah.

"Kita harus menanamkan kesadaran dalam kepala tiap orang sebelum hal itu bisa berubah.Hal ini penting untuk membuat orang sadar bahwa tanah mempunyai banyak fungsi berbeda," kata Miehlich. Ia mengimbau pemilik rumah harus lebih bijak dengan area yang mereka miliki, termasuk saat membangun teras dan menata halaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement