REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Turki akan menunda pengiriman pasukan ke area dekat kota Mosul, Irak setelah diprotes Baghdad, Ahad (6/12). Pemerintah Irak mengancam akan meminta PBB untuk memaksa Turki menarik tentaranya.
Turki mengerahkan ratusan pasukan ke sebuah kamp di wilayah Bashiqa di Irak utara pada Kamis. Pemerintah Recep Tayyip Erdogan mengatakan ini adalah rotasi pasukan rutin untuk melatih pasukan Irak untuk mengambil alih Mosul dari ISIS.
Perdana Menteri Irak Haider al Abadi mengatakan pemerintahannya akan menghubungi Dewan Keamanan PBB jika Turki masih mengirim pasukan ke Irak utara dan tidak menarikan dalam waktu 48 jam. Menurut al Abadi, pengiriman pasukan itu dilakukan tanpa persetujuan atau sepengatahuannya.
Hal itu dinilaI sebagai pelanggaran kedaulatan nasional. Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu kemudian menyurati al Abadi. Ia menyampaikan bahwa pasukan bersenjata tidak akan dikirim untuk menambah pasukan hingga Baghdad tenang.
"Tidak akan ada pasukan yang dikirim ke Bashiqa hingga kekhawatiran pemerintah Irak diatasi," kata surat Davutoglu, menurut sumber PM di Ankara. Menurutnya, Turki juga siap memperdalam kerjasama dengan Irak dalam koordinasi dan konsultasi.
Menteri Pertahanan Irak, Khaled al Obeidi mengatakan rekan Turkinya tidak mengkoordinasikan pengiriman terakhir. Sehingga mereka harus ditarik. Menurutnya, jumlah pasukan yang dikirim Turki juga terlalu banyak untuk misi melatih pasukan Irak.
Irak telah mendesak komunitas Internasional untuk membantu penyediaan senjata dan pelatihan. Namun pemerintah menolak segala jenis intervensi langsung seperti pengiriman pasukan asing untuk membantu di medan perang.