Senin 07 Dec 2015 15:26 WIB

Muslim AS Kumpulkan Dana 30 Ribu Dolar AS untuk Korban California

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Teguh Firmansyah
Jennifer Caballero meletakkan karangan bunga untuk mengenang korban penembakan San Bernardino, Jumat (4/12).
Foto: AP Photo/Jae C Hong
Jennifer Caballero meletakkan karangan bunga untuk mengenang korban penembakan San Bernardino, Jumat (4/12).

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Kelompok Muslim Amerika Serikat (AS) berhasil menggalang dana hampir 30 ribu dolar AS selama dua hari terakhir. Uang tersebut akan diberikan untuk keluarga korban penembakan massal San Bernardino, California, AS.

Serangan di pusat disabilitas di San Bernardino menewaskan 14 orang dan 17 lainnya luka-luka, Rabu (2/12) pekan lalu. Kelompok inisiatif Kaum Muslim bersatu untuk San Bernardino (MiNDS) berusaha terus meraih pundi-pundi dana  setidaknya hingga 50 ribu dolar AS untuk kebutuhan keluarga.

"Jika kita mendapatkan melebihi 50 ribu dolar AS, kita bahkan dapat membantu membiayai keluarga untuk jangka panjang atau mungkin disumbangkan ke pusat regional di mana penembakan itu terjadi," kata kelompok itu seperti dikutip dari laman Aljazirah, Senin (7/12).

Proyek penggalangan dana ini diluncurkan pada Jumat (4/12) oleh Presiden MiNDS Faisal Qazi. Badan ini merupakan sebuah organisasi amal yang berbasis di California Selatan.

Selain itu, Tarek El-Messidi, seorang wirausaha sosial Muslim yang menonjol juga ikut terlibat. Kampanye pengumpulan dana dimulai  setelah serangan. Mereka juga didukung oleh kelompok Muslim lainnya, termasuk Dewan Syuro Islam California Selatan dan Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR).

‘’Pihak yang menderita adalah orang-orang kami dan itu bukan hanya kewajiban, tetapi tanggung jawab bagi kita untuk berada di sana. Ini menunjukkan solidaritas dengan keluarga korban dan berada di sana untuk mereka dalam jangka pendek dan panjang," katanya.

Muslim di California Selatan mengaku kepada Aljazirah bahwa mereka terpukul setelah mengetahui  penyerang dalam pembantaian tersebut adalah Muslim. Mereka takut reaksi terhadap komunitas minoritas Muslim.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement