Rabu 09 Dec 2015 13:43 WIB

Sindir Trump, Hillary Clinton: Cinta Kalahkan Kebencian

Rep: C01/ Red: Indira Rezkisari
Bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
Foto: EPA
Bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, kembali mengungkapkan pernyataan kebencian dengan mengatakan bahwa umat Muslim lebih baik tidak diizinkan memasuki wilayah Amerika Serikat. Atas berbagai pernyataan kebencian yang Trump lontarkan, bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat akhirnya tak tahan untuk angkat bicara.

"Katakan pada Donald Trump, kebencian bukan bagian dari nilai yang dijunjung warga Amerika," ungkap Clinton melalui akun Twitter prbadinya @HillaryClinton pada Selasa (8/12) malam.

Bersamaan dengan komentar tersebut, Clinton juga mengunggah sebuah gambar yang bertuliskan 'love trumps hate' yang berarti cinta mengalahkan kebencian. Gambar tersebut seakan menyindir Trump dengan "cerdik" karena menggunakan nama belakang Trump dalam kalimat tersebut.

(baca: Soal Donald Trump, Tangan Kanan Hillary Clinton: Saya Bangga Jadi Muslim)

Melalui situsnya, Clinton juga mengatakan bahwa pernyataan Trump yang ingin melarang seluruh Muslim untuk memasuki wilayah Amerika Serikat sebagai sebuah pernyataan yang memalukan sekaligus berbahaya. Pernyataan-pernyataan kebencian yang kerap dilontarkan Trump juga dinilai Clinton mencerminkan bahwa Trump berupaya meraih dukungan dengan cara yang salah, yaitu dengan "memperdagangkan" prasangka buruk serta ketakutan yang tak berdasar.

Pernyataan-pernyataan kebencian Trump juga dinilai Clinton menggambarkan keseluruhan "isi" dari Partai Republik tempat Trump bernaung. Pasalnya, Clinton menilai bakal calon lain dari Partai Republik yang biasa dikenal sebagai 'Grand Old Party Candidates' juga menilai Muslim secara ekstrim.

"Meski bahasa mereka (bakal calon presiden Partai Republik lain) mungkin lebih terselubung. Tapi mereka memiliki pemikiran yang tidak jauh berbeda dengan Trump," jelas Clinton, dikutip dari New York Times, Rabu (9/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement