Kamis 10 Dec 2015 08:28 WIB

Israel Pun Ikut Mengecam Pernyataan Anti-Islam Trump

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: Reuters
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Penyataan kontroversial kandidat calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, terhadap Muslim bukan hanya dipermasalahkan negara-negara Muslim. Bahkan, Perdana Menteri Israel melalui pernyataan resminya mengecam kampanye rasial Trump terhadap Muslim AS.

Diakui Israel, pertemuan Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu di Israel pada Desember ini terganggu akibat kampanye rasial anti-Muslim Trump. Walaupun Netanyahu mengonfirmasi tidak ada pembatalan pertemuan tersebut, ia tidak mendukung atas pernyataan melarang Muslim memasuki wilayah AS.

"Israel menolak komentar terbaru Donald Trump terhadap Muslim. Israel tetap menghormati semua agama dan menjaga hak-hak beragama warga negaranya," ujar Netanyahu dilansir Reuters, Rabu (9/12). Pernyataan Netanyahu tersebut disampaikan secara resmi dari kantor Perdana Menteri Israel.

Netanyahu menambahkan, menyambut calon Presiden AS dalam pertemuan dengan pemimpin Israel merupakan kebijakan penting. "Kebijakan ini bukan mencerminkan dukungan, tapi komitmen bersama menjalin hubungan kuat antara AS dan Israel," katanya. (Baca: Parlemen Inggris Pertimbangkan Pelarangan Trump Masuk Negaranya)

Selain penolakan PM Netanyahu, Trump juga dikecam oleh Paelemen Israel, Knesset. Setidaknya, 37 legislator oposisi yang menduduki sepertiga dari total 120 kursi Knesset meminta Netanyahu membatalkan pertemuan dengan Trump atas komentarnya tersebut.

Michail Rosin dari Partai sayap kiri, Meretz mengatakan, walaupun partai berkuasa Likud tidak ikut menandatangai petisi pembatalan pertemuan Netanyahu-Trump, sebagaian besar anggota Partai Likud di Knesset tidak setuju atas pernyataan Trump tersebut.

Dijadwalkan, Netanyahu akan bertemu Trump pada 28 Desember mendatang. Dalam tradisinya, Israel akan menyambut siapa pun pemenang presiden AS karena Israel dan AS merupakan sekutu kuat di Timur Tengah. Trump berharap, kunjungannya ke Israel menjadi mandat kuat kebijakan luar negerinya di pemilu AS pada November 2016. Namun, pernyataan rasial dan anti-Muslim membuat ia dijauhi banyak orang.

Baca juga:

Lima Cara Hindari Donald Trump Selama di New York

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement