Kamis 10 Dec 2015 19:51 WIB

Bandara Kandahar Diserbu, 50 Orang Tewas

Bandara Kandahar di Afghanistan.
Foto: militarybases.co
Bandara Kandahar di Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KANDAHAR -- Korban tewas dalam 27 jam penyerbuan oleh Taliban di bandar udara Kandahar bertambah menjadi 50 orang, kata pejabat Afghanistan pada Kamis (10/12).

Sebanyak 11 pelaku bom bunuh diri menerobos gugus dengan tingkat keamanan tinggi itu pada Selasa, yang juga menjadi markas gabungan NATO dan Afghanistan, menyandera keluarga dan baku tembak dengan tentara.

Serangan tersebut, dengan pejuang meledakkan diri di antara warga sebelum pasukan Afghanistan mengamankan wilayah itu, dipandang sebagai serangan paling mematikan dalam perang 14 tahun di tempat tersebut. Bandara itu menjadi bangunan militer terbesar di bagian selatan negara itu.

"Sebanyak 50 warga negara tak bersalah kami, termasuk 10 tentara, dua polisi dan 38 warga, terbunuh dalam serangan tersebut," kata Kementerian Pertahanan.

Mereka menambahkan 37 orang lain, termasuk 17 tentara dan empat polisi terluka dalam kejadian sama.

"Segerombolan teroris beranggotakan 11 orang menyerang sebuah bazaar dan sekolah di kompleks bandara itu, mengambil posisi di area tersebut lalu meledakkan diri diantara warga sipil," tambahnya.

Kelompok Taliban mengunggah sebuah gambar di situs mereka yang menunjukkan para militan yang terlibat dalam serangan tersebut. Gambar tersebut menunjukkan 10 orang dengan janggut yang dipotong, menenteng senapan Kalashnikov dan mengenakan seragam militer serupa. Wajah salah satu dari mereka ditutupi oleh tinta biru.

Seorang Komandan Militer di Kandahar mengatakan penyadapan radio menunjukkan beberapa pelaku berbicara dalam bahasa Urdu, sebuah bahasa yang lebih umum digunakan di Pakistan yang menjadi pendukung bersejarah Taliban.

Penyerbuan tersebut bersamaan dengan kunjungan tingkat tinggi Presiden Ghani ke Islamabad pada Rabu untuk konferensi Jantung Asia yang bertujuan untuk mempromosikan ikatan regional.

Ghani beserta Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif menjanjikan komitmen mereka untuk proses perdamaian, dengan Amerika Serikat beserta Cina juga menawarkan dukungan.

Baca juga:

Trump Berulah, Miliarder Dubai tak Mau Lagi Sokong Partai Republik

Koalisi Arab Rebut Kembali Laut Merah dari Houthi

Sterilisasi Paksa Masih Menghantui Perempuan Peru

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement