Jumat 11 Dec 2015 11:06 WIB

Rusia Diuntungkan oleh Kehadiran ISIS

Rep: c09/ Red: Teguh Firmansyah
Militan ISIS pamer senjata.
Foto: Reuters
Militan ISIS pamer senjata.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia disinyalir mendorong pengiriman militan lokal dari Kaukasus Utara ke Suriah. Hal tersebut dilakukan sebagai strategi pemerintah untuk meredam pemberontakan panjang yang terjadi di wilayah tersebut.

Peneliti Moskow State Institute dari Pusat Hubungan Internasional urusan Keamanan Wilayah Kaukasus, Akhmet Yarlya menyatakan, Kementerian Luar Negeri Rusia memperkirakan 2.000 sampai 3.000 militan telah bergabung dengan ISIS di Timur Tengah.

Sebelumnya, seperti dilansir dari the Daily Beast, sebuah penyelidikan yang dilakukan salah satu koran di Rusia, Novaya Gazeta, menunjukan adanya fakta mengejutkan.

Berdasarkan penelitian di lapangan, tepatnya di salah satu desa di Kaukasus Utara, reporter Elena Milashina menyimpulkan Dinas Khusus Rusia justru pernah mengatur jalan militan lokal menuju Suriah. Para militan itu tidak hanya bergabung dengan ISIS, tapi juga dengan faksi-faksi radikal lainnya.

Kepala program Rusia, Tanya Lokshina mengatakan, ia belum bisa mengonfirmasi dan menyangkal tuduhan yang diutarakan Novaya Gazeta.

Namun, dapat dipastikan Rusia diuntungkan dengan bergabungnya sejumlah militan Rusia ke Suriah. Keuntungan yang didapat di antaranya, adanya penurunan kasus pemberontakan bersenjata di Rusia hingga 50 persen.

Pemerintah Rusia banyak mendapatkan apresiasi dalam memerangi pemberontakan dalam negeri dan dalam upaya meningkatkan keamanan. Namun, di balik itu ada fakta bahwa para pemberontak tidak lagi melancarkan aksinya di Rusia, melainkan tengah berperang di Suriah sebagai bagian dari ISIS.

Pemerintah Rusia terlibat menggempur pemberontak ISIS di Suriah sejak September lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement