Ahad 13 Dec 2015 07:46 WIB

Front Al Nusra Kutuk Pembicaraan Suriah di Saudi

Rep: Gita Amanda/ Red: Didi Purwadi
Konflik berkepanjangan landa Suriah.
Foto: Reuters/Mohammed Abdullah
Konflik berkepanjangan landa Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pemimpin Front al-Nusra Abu Mohamad al-Joulani, mengecam upaya pertemuan di Riyadh, Arab Saudi, untuk menyatukan kelompok-kelompok oposisi Suriah. Ia mengatakan, mereka yang terlibat dalam pembicaraan melakukan 'pengkhianatan'.

Dalam sebuah wawancara dengan beberapa kelompok media, termasuk Aljazirah, pemimpin kelompok militan yang berafiliasi dengan Alqaidah tersebut mengatakan konferensi Riyadh merupakan bagian dari konspirasi. Hal itu akan menghidupkan kembali dan mempertahankan rezim Presiden Bashar al-Assad.

"Konferensi itu tak terorganisir untuk membantu rakyat Suriah," ujar Joulani.

Ia mengatakan, al-Nusra tak diundang untuk menghadiri pembicaraan. Namun, menurutnya, mereka juga tak akan datang jika diundang.

"Kelompok bersenjata lain yang menghadiri telah melakukan pengkhianatan terhadap pengorbanan yang dilakukan oleh orang-orang Suriah dalam perang saudara hampir lima tahun," kata Joulani.

Pertemuan di Saudi datang setelah para diplomat dari 17 negara menyepakatinya bulan lalu di Wina. Pertemuan berupaya merumuskan pembentukan pemerintahan transisi dalam waktu enam bulan dan pemilihan umum dalam waktu 18 bulan, bersama dengan negosiasi antar oposisi dan rezim pada 1 Januari.

Joulani mengesampingkan kemungkinan gencatan senjata atau penyelesaian politik dengan pemerintah Assad. Ia menambahkan, pasukan Suriah hanya menguasai sekitar 20 persen dari wilayah di negara itu.

Lebih dari 250.000 orang tewas dan jutaan terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak konflik Suriah meletus pada Maret 2011 akibat protes anti-pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement