Ahad 13 Dec 2015 09:04 WIB

Petinggi Google Kecam Donald Trump

Rep: C25/ Red: M Akbar
Google sedang mengembangkan kecerdasan buatan dalam bentuk Machine Learning. Ada tiga elemen yang jadi perpaduan komponennya.
Foto: flickr
Google sedang mengembangkan kecerdasan buatan dalam bentuk Machine Learning. Ada tiga elemen yang jadi perpaduan komponennya.

REPUBLIKA.CO.ID, INDIA -- CEO Google Sundar Pichai menyampaikan kecamannya kepada sikap rasis calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump. CEO Google ini merespon gelombang prasangka terhadap Muslim dengan sebuah penegasan kalau perusahaan yang ia pimpin diperkuat dengan keragaman.

Dilansir dari The Verge, Ahad (13/12), Pichai mengatakan gagasan Amerika Serikat merupakan tanah kesempatan bukanlah gagasan abstrak bagi para imigran, termasuk dari India. (Baca: Miliader Saudi Sebut Trump Sebagai Aib Bagi Amerika)

Menurutnya, gagasan itu adalah penjelasan dari apa yang ditemukannya di Amerika Serikat. "Itulah mengapa begitu menyedihkan melihat wacana toleransi dimainkan di pemberitaan hari ini," kata Pichai.

Di tengah kesuksesan perusahaan yang ia pimpin, Pinchai menilai masih banyak pekerjaan bagi Google dan para pesaing untuk mengatasai permasalahan keragaman dan inklusi.

Meski apa yang ia tulis hanya memberikan oksigen tambahan untuk sebuah perdebatan, Pichai merasa ia harus tampil untuk melindungi mereka yang diserang tindakan tidak toleran.

"Aku merasa kita harus berbicara, khususnya mereka yang tidak diserang," ujar Pichai. (Baca: Komentar Donald Trump yang Menyakiti Umat Muslim)

Persoalan imigran memang menjadi perhatian khusus di kalangan Silicon Valley, yang ingin mendesak pemerintah mengeluarkan kebijakan melawan tindakan tidak toleran.

Pichai bergabung dengan paduan suara besar dari para eksekutif yang menentang tindakan tidak toleran, khususnya yang dilakukan Donald Trump beberapa waktu belakangan.

Sebelumnya, CEO Facebook Mark Zuckenberg bahkan menegaskan kalau Facebook akan berjuang melindungi hak-hak Muslim, dan bekerja untuk menciptakan lingkungan yang damai dan aman.

Ikuti terus informasi terbaru seputar kontroversi Donald Trump dengan klik di sini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement