REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Tunisia mencabut aturan jam malam yang diberlakukan di ibu kota Tunis dan pinggiran kota setelah pemboman bus yang diklaim oleh kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
‘’Jam malam berakhir di pukul 05.00 pada hari Sabtu,’’ kata sebuah pernyataan kementerian dalam negeri mengatakan pada Sabtu (12/12) seperti dikutip dari laman Al Arabiya.
Aturan jam malam membuat beberapa penjaga toko dan pemilik kafe dilanda kerugian bisnis di kota karena lebih dari satu juta orang memadati keramaian di kota tersebut saat malam hari. Setelah serangan bunuh diri 24 November yang menewaskan 12 penjaga presiden, pemerintah mengumumkan keadaan darurat nasional selama 30 hari.
Tunisia juga menutup perbatasan dengan Libya di mana tim investigasi percaya pemboman itu direncanakan. Namun perbatasan dibuka kembali pada Kamis (10/12) malam, tapi keadaan darurat tetap diberlakukan.
Tunisia menjadi tempat kekerasan sejak 2011 penggulingan diktator Zine El Abidine Ben Ali. ISIS tahun ini saja mengklaim tiga serangan. Serangan sebelumnya di Museum Nasional Bardo dan di sebuah hotel dekat resor Mediterania Sousse yang menewaskan total 60 orang.