REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nuklir asal Rusia, Rosatom, menyatakan masa depan energi dunia ada pada nuklir. "Perkembangan energi dimana pun selalu melibatkan energi nuklir," ujar Wakil Pertama Dirjen Isu Pengembangan Korporasional dan Bisnis Internasional Rosatom, Kirill Komarov, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Bangladesh, Vietnam, Thailand, Myanmar, berlomba-lomba membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Bangladesh rencananya akan membangun PLTN pada tahun depan.
"Kemudian ada Vietnam yang mengirimkan 400 mahasiswanya untuk belajar nuklir di Rusia. Saya rasa, Indonesia punya peluang sebagai sebagai negara pertama yang membangun PLTN. Nuklir akan terus berkembang di Asia Tenggara," tambah Kirill Komarov.
Komarov menambahkan pengembangan tenaga nuklir bukan hanya bagian penting dalam program 35.000 MW pemerintah Indonesia, tetapi juga dapat menghasilkan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi dan sosial.
Indonesia melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan Rosatom menandatangani sebuah nota kesepahaman (MoU) pada akhir Juni 2015. MoU tersebut berkaitan dengan pengembangan pendidikan dan penelitian untuk membangun infrastruktur dan sistem nuklir yang berkesinambungan di Tanah Air.
"Kami sangat menghargai kerja sama yang terjalin dengan Rosatom. Teknologi Rusia telah menghasilkan kontribusi yang signifikan untuk perkembangan industri nuklir di Tanah Air. Negara ini sangat membutuhkan teknologi yang tidak hanya modern, namun juga terbukti untuk memastikan perkembangan yang berkelanjutan," ujar Kepala Batan Djarot Wisnubroto.