REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komite Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Palestina (CEIRPP) Desra Percaya menegaskan isu pendudukan wilayah Jerusalem oleh Israel bukanlah konflik agama, melainkan provokasi Israel.
"Kita harus menyadari fakta ini dan menolak upaya-upaya yang meyakinkan kita untuk menerjemahkan konflik ini dalam pandangan agama," tuturnya dalam penutupan "Konferensi Internasional tentang Yerusalem" di Jakarta, Selasa.
Posisi Yerusalem sebagai Kota Suci bagi umat tiga agama yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi, telah dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menggiring opini publik ke konflik antarumat beragama. Sementara Israel terus-menerus menduduki wilayah tersebut.
Menurut Desra, mengubah isu Palestina menjadi konflik agama akan menarik kontribusi kaum fanatik yang ingin merusak dan menyesatkan pikiran umat Muslim di berbagai kawasan seperti Eropa, Asia, dan Amerika.
"Situasi seperti ini akan semakin menjauhkan perdamaian dan pemenuhan hak asasi rakyat Palestina," tutur Wakil Tetap RI untuk PBB itu.
Baca juga, Masa Depan Yerusalem Dibahas di Indonesia.
Upaya Israel untuk mengalihkan konflik politik menjadi agama juga ditunjukkan dengan tuntutan dalam proses perdamaian yang salah satu syaratnya yaitu mengakui Israel sebagai negara Yahudi.
Tuntutan itu dengan tegas ditolak oleh Palestina, sementara negara-negara anggota PBB menyatakan bahwa tuntutan tersebut tidak realistis. "Kalau membawa unsur agama implikasinya akan panjang, orang Islam harus keluar dari Israel padahal faktanya di Israel banyak warga Arab yang beragama Islam," tutur dia.