REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik antara Israel dan Paelstina belum menemukan titik terang, meski negosiasi panjang selama lebih dari 20 tahun telah berlangsung. Duta Besar Palestina untuk PBB Riyadh Mansour mengatakan, Palestina dan Israel harus menjadi dua negara terpisah dan sejajar.
Mansour mengatakan, negosiasi Israel-Palestina telah berlangsung selama dua dekade. Namun semakin hari negosiasi semakin memburuk. Blokade dan pembangunan permukiman yang terus dilakukan Israel memperburuk negosiasi perdamaian kedua negara.
Saat ini solusi terbaik dari konflik Israel-Palestina adalah membuat dua negara terpisah. Tapi dengan syarat, Israel harus menganggap Palestina sebagai negara yang sama sejajar sebagai sebuah bangsa. "Jadi kita memang butuh menjadi negara terpisah," ujar Mansour saat mengisi acara "Lecture on Civilisation" di kantor Center for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (17/12).
Mansour menambahkan, selama ini Israel hanya menginginkan tanah Palestina namun tak mau hidup berdampingan dengan warganya. Akibatnya aksi pendudukan terus dilakukan. Saat ini saja menurut Mansour akibat pendudukan dan blokade Israel lebih dari 50 persen pemuda Palestina tak memiliki pekerjaan.
Israel menurut Mansoru tak pernah menganggapPalestina sama. Ini membuat Palestina tak lagi percaya pada pembicaraan bilateral dengan Israel. "Kami tidak percaya lagi pembicaraan bilateral dengan Israel bisa dilakukan," kata Mansour.
Baca juga, Masa Depan Yerusalem Dibahas di Indonesia.
Sehingga Mansour mengatakan, kini Palestina memang membutuhkan dukungan internasional. Salah satu tujuannya ke Indonesia adalah untuk mendapat dukungan dan proteksi atau perlindungan dari dunia internasional.
Palestina menurutnya, masih percaya solusi dua negara bisa menjadi pemecah konflik panjang Israel-Palestina. Meski sangat sulit terutama karena masalah permukiman, namun ini bisa jadi solusi. "Kalau kita terpisah kita akan memulai proses baru," katanya.