REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Bank Dunia akan meminjamkan 1,2 miliar dolar AS pada Irak sebagai dukungan darurat untuk membantu menangani kekacauan ekonomi akibat ISIS dan rendahnya harga minyak, Jumat (18/12). Dana pinjaman ini akan cair sebelum akhir tahun ini.
Seorang pejabat senior Bank Dunia yang mengawasi Irak, Ferid Belhaj mengatakan guncangan ekonomi ini mengancam stabilitas negara. Menurutnya, pinjaman ini penting untuk mencegah Irak jatuh ke dalam krisis yang lebih dalam.
"Irak jatuh dalam kekacauan yang bahkan lebih kacau dari Timur Tengah, tak seorang pun menginginkan itu," kata Belhaj. Ia adalah direktur Bank Dunia untuk wilayah Mashreq yang meliputi Irak, Lebanon, Yordania, Suriah dan Iran.
Keuangan Irak sangat bergantung pada pendapatan minyak. Kini harga minyak telah merosot tajam. Pada saat yang sama, Baghdad menggenjot pembelanjaan militernya dalam pertempuran melawan ISIS. Sementara layanan negara dan infrastruktur telah hancur berantakan.
Belhaj mengatakan Irak telah berkomitmen melakukan reformasi ekonomi untuk memperbaiki distorsi struktural yang menyebabkan krisis saat ini. "Kadang krisis membuka peluang dan kami percaya ini adalah satu kesempatan," kata Belhaj.
Beberapa cara diantaranya membuat BUMN lebih efisien, meningkatkan manajemen sektor energi dan mengurasi dominasi bank komersial milik negara Rasheed Bank dan Rafidain. Belhaj mengatakan ini adalah pertama kalinya sektor keuangan diratakan.
Menurutnya, penting bagi Irak untuk menjaga laju reformasi ekonomi dan mempertahankan disiplin fiskal bahkan jika situasi ekonomi telah stabil. Pinjaman kali ini akan membuat total hutang Irak hampir dua milyar doalar AS.
Sebelumnya Irak telah meminjam 355 juta dolar AS untuk meningkatkan transportasi dan keamanan jalan-jalan. "Kami pergi ke lapangan dan melihat situasi yang mengerikan, banyak tempat didiami ISIS," katanya.