Ahad 20 Dec 2015 10:32 WIB

Pengungsi Suriah Ingin Kedamaian Negaranya

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Winda Destiana Putri
Suriah
Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, MARDIN -- Jutaan warga Suriah telah mengungsi secara internal maupun eksternal oleh perang yang telah berlangsung selama hampir lima tahun.

Hampir 80 persen dari warga Suriah sekarang hidup dalam kemiskinan, dengan dua juta anak putus sekolah karena konflik.

Di Turki, lebih dari dua juta pengungsi Suriah hidup dalam kemiskinan. Diperkirakanm 30 ribu orang tinggal di tempat penampungan sementara di sekitar Mardin, dekat perbatasan Suriah-Turki.

Mereka menyeberang ke Turki untuk menghindari perang, tetapi tinggal cukup dekat dengan tanah airnya. Jika perdamaianan datang, mereka dapat dengan cepat kembali ke rumah.

Salah seorang pengungsi dari Aleppo, Hamed Mujadami berpikir tidak akan ada masalah membentuk pemerintahan transisi yang mewakili semua warga Suriah.

"Orang Suriah adalah bersatu dan tidak ada masalah antara kami," katanya dilansir dari Aljazirah, Sabtu (19/12).

Ia mengatakan, masyarakat Suriah telah hidup bersama selama ratusan tahun sementara alasan orang-orang yang kini berperang karena keluarga Assad.

Pengungsi lainnya, Anas Kasim mengatakan, Presiden Bashar al-Assad harus tetap diizinkan untuk berkuasa jika memberi perdamaian di negara itu.

"Biarkan dia (Assad) tinggal jika membawa perdamaian," ujar dia.

Ia mengaku hanya ingin kembali ke negaranya, ke sekolahnya, ke rumahnya. "Kami sangat lelah tinggal di pengasingan. Kami sudah cukup," kata Kasim.

Lain halnya dengan pengungsi dari Hassaka, Mohammed al-Sofi yang berpikir Assad harus pergi. Menurutnya, Assad menyebabkan keluarga di Suriah berpisah. "Jika Assad diperbolehkan untuk tinggal di negara, ia akan menghancurkannya. Dan sekarang kita diharapkan untuk membiarkan dia dan rezim buruknya tinggal?" ujar dia.

Semua pengungsi, bagaimanapun ingin pertempuran berakhir. Tapi mereka juga mengatakan, selama para pejuang ISIS nelum dikalahkan, mereka tidak akan kembali ke rumah mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement