Ahad 20 Dec 2015 16:52 WIB

Salah Kaprah, Warga AS Duga Umat Sikh itu Muslim

Rep: Amri Amrullah/ Red: Didi Purwadi
Anggota minoritaas Sikh di Afghanistan menggelar festival Vaisakhi di Sarhood, Afghanistan, April 2015.
Foto: EPA/Ghulamullah Habibi
Anggota minoritaas Sikh di Afghanistan menggelar festival Vaisakhi di Sarhood, Afghanistan, April 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Meningkatnya Islamophobia di AS ternyata bukan hanya menimpa umat muslim saja. Minimnya pengetahuan warga AS terhadap muslim, membuat mereka mengeneralisasi semua identitas keagaman bahkan yang mirip dengan muslim.

Ini menimpa Harmeet Sigh, pengikut agama Sikh yang dalam beberapa hari cemoohan terhadap dirinya oleh salah seorang warga San Fransisco menjadi viral di situs media sosial Youtube. Ini karena identitas pengikut Sikh yang dinilai sebagian warga AS sangat mirip dengan muslim, memakai sorban dan berjenggot.

Harmeet Sigh mendapatkan cemoohan ketika pelaku pengunggah mengambil foto dan video dirinya sedang tertidur pada 9 Desember lalu di dalam satu pesawat. Penggunggah memberi keterangan 'Terbang bersama bin Laden' dan judul 'Apakah kamu merasa aman?' pada unggahannya.

Setelah videonya ini menjadi viral di media sosial, Harmeet Sigh kemudian mengklarifikasi kesalahpahaman ini melalui akun Facebooknya.

"Rata-rata warga Amerika tidak tahu perbedaan antara Sikh dan Muslim. Mereka mengatakan rata-rata yag menggunakan sorban dan janggut memiliki asosiasi dengan ISIS, Taliban, atau Bin Laden, "tulis Singh pada halaman Facebook-nya dilansir CBS San Fransisco, Sabtu (19/12).

Pengikut Sikh melihat kasus ini merupakan kesalahan warga AS melihat identitas. "Kami sebenarnya bukanlah korban dari kesalahan identitas, kami melakukan sesuai identitas apa yang kami yakini," terangnya.

Sigh tinggal di AS dan berharap warga AS seharusnya lebih baik dalam bertoleransi, bukan hanya sebatas kata-kata semata.

Aksi kebencian terhadap muslim dan indentitas yang mirip dengan muslim memang merebak di beberapa kawasan AS. Ini tidak terlepas dari opini yang dibangun di masyarakat AS terkait beberapa insiden teror seperti Paris, San Bernardino dan kampanye negatif Donald Trump terhadap Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement