REPUBLIKA.CO.ID, Tepat setelah shalat Subuh pada pertengahan September, aparat Israel menggeruduk masuk ke dalam Masjid Al-Aqsa. Mereka membuat barikade dan mulai menyerang jamaah yang dianggap Zionis sebagai pembuat kericuhan.
Dengan sepatu pantofel para tentara menodai kesucian masjid. Mereka melempar granat kejut dan melepaskan tembakan peluru baja berlapis karet. Percikan api tampak di salah satu sisi sebelah selatan kiblat pertama Islam tersebut. Sejumlah karpet pun turut terbakar, dan beberapa bagian masjid mengalami kerusakan.
Insiden penodaan Masjid Al-Aqsa ini, mendapat kecaman keras, tak hanya dari dalam Palestina, tapi juga Muslim sedunia. Pelecehan tersebut juga menyulut semangat, para pemuda Palestina untuk melakukan perlawanan terhadap Israel.
Hampir setiap hari unjuk rasa digelar. Gerakan perlawanan digelorakan, kendati hanya dengan menggunakan alat seadanya. Batu, ketapel, pisau atau pun senjata lainnya yang bisa digunakan untuk melawan.
Tak sedikit darah mengalir dari pejuang-pejuang Palestina. Sejak 1 Oktober hingga akhir pekan lalu, tercatat sudah setidaknya 126 warga Palestina terbunuh. Jumlah itu memang masih lebih kecil dibandingkan dengan agresi Israel di Jalur Gaza pada musim panas tahun lalu. Agresi Zionis menewaskan lebih dari 2.000 warga Palestina dan mengancurkan infrastruktur Gaza.
Kendati begitu, spektrum perlawanan saat ini jauh lebih luas mencakup wilayah pendudukan di Jalur Gaza maupun Tepi Barat, termasuk Yerusalem. Gerakan perlawan juga dilakukan oleh pemuda berpendidikan. Tak hanya remaja putra, namun putri berpakaian modis yang gemar memegang gadget.
Para pemuda-pemudi ini merupakan generasi baru Palestina yang dengan sadar melawan penjajahan Israel. Tak sedikit di antara mereka yang bergerak tanpa hirarki atau di bawah organisasi tertentu.
Aparat Israel menyebutnya "Neo-Palestinian", yakni gelombang serangan pemuda yang sulit ditebak. Tidak ada infrastruktur, hirarki, organisasi atau intelijen. "Ini merupakan persoalan yang belum sepenuhnya kami identifikasi," ujar seorang pejabat keamanan Israel yang tak ingin disebutkan namanya.