Senin 21 Dec 2015 18:23 WIB

PBB Desak Gencatan Senjata Permanen di Yaman

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham
Warga mencari korban selamat di reruntuhan rumah di Sanaa, Yaman.
Foto: Hani Mohammed/AP
Warga mencari korban selamat di reruntuhan rumah di Sanaa, Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melihat kemajuan dalam pembicaraan Yaman. Tetapi, kebutuhan yang paling mendesak adalah gencatan senjata permanen.

Pihak yang berkonflik di Yaman telah menyepakati kerangka kerja untuk mengakhiri perang dalam pembicaraan di Bern, Swiss. Utusan Khusus PBB Urusan Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan, kedua belah pihak akan bertemu lagi pada 14 Januari 2016. Beberapa tempat yang memungkinkan menjadi lokasi pertemuan diantaranya Swiss dan Ethiopia.

"Para peserta pembicaraan ini telah sepakat bahwa tujuan akhir ini adalah berakhirnya perang dan adanya gencatan senjata permanen," kata Ahmed dalam konferensi pers di Bern, Swiss, Ahad (20/12).

Ahmed menambahkan, pihak yang bertikai seharusnya setuju dengan gencatan senjata permanen. Karena gencatan senjata selama sepekan yaitu 15 Desember 2015 hingga 21 Desember 2015 telah dilanggar.

"Ini sangat jelas bahwa gencatan senjata itu tidak dihormati dan melanggar pembicaraan ini," katanya.

Ia menambahkan, kedua belah pihak masih jauh dari gencatan senjata dan kepercayaan di antara mereka nihil. ‘’Dalam beberapa hari ke depan semua usaha saya akan fokus pada sebuah gencatan senjata yang komprehensif dan abadi,’’ katanya. (Baca: Pembicaraan Perdamaian Yaman Berakhir Tanpa Kesepakatan).

Para peserta sepakat bahwa kedua belah pihak akan membebaskan para tahanan dan akan mengajukan proposal tentang bagaimana mengelola penarikan pasukan dan persenjataan berat. Ahmed mengaku optimistis terkait hal ini.

"Kami telah memiliki militer yang sangat senior dari kedua belah pihak duduk bersama di ruangan yang sama, membahas, melihat peta, menghubungi ruang operasi mereka untuk menghentikan perang. Ini adalah kemajuan yang luar biasa dalam pandangan saya,’’ katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement