Kamis 24 Dec 2015 10:30 WIB

Satu Keluarga Muslim Inggris Dilarang Masuk Disneyland AS

Disneyland (ilustrasi)
Foto: Rocketnews24
Disneyland (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Satu keluarga Muslim Inggris, yang meliputi sembilan anak kecil, dilarang mengunjungi Disneyland setelah para pejabat AS menghalangi mereka terbang ke Los Angeles, demikian laporan harian Inggris pada Rabu (23/12).

Keluarga tersebut, yang memiliki 11 anggota, baru akan terbang ke Los Angeles untuk berlibur ke Disneyland pada 15 Desember. Namun mereka dihampiri oleh beberapa petugas Keamanan Dalam Negeri AS di tempat keberangkatan di Bandar Udara Gatwick, London, dan dilarang naik pesawat, kata Sky News Inggris.

Ayah di dalam keluarga tersebut, Mohammad Tariq Mahmood, mengatakan mereka merasa dihina dan dikucilkan.

Para petugas memberitahu dia dan keluarganya bahwa izin mereka untuk melakukan perjalanan dengan naik pesawat itu telah dibatalkan tanpa penjelasan lebih lanjut.

Mahmood, yang akan melakukan perjalanan bersama adik lelakinya dan sembilan anak mereka, mengatakan semua anggota keluarga mereka memiliki izin untuk melakukan perjalanan berdasarkan Visa Waiver Program AS, demikian laporan Xinhua, Kamis. Namun, para pejabat AS mengatakan kepada mereka bahwa mereka tak diperkenankan naik pesawat.

"Sepanjang pengetahuan kami, kami tak melakukan kesalahan apa pun. Kami tak pernah bermasalah dengan polisi. Kami manusia normal, warga yang mematuhi hukum. Kami bekerja di sini dan membayar pajak kami dan kami sama dengan orang yang normal," katanya.

"Kami sangat merasa dihina, diasingkan, sebab kami diperlakukan tidak seperti perlakuan terhadap orang biasa. Mata semua orang tertuju kepada kami. Itu memalukan," katanya.

Mahmood memberitahu harian Guardian bahwa ia percaya alasan bagi pembatalan pada saat terakhir ialah gara-gara serangan di Amerika --mereka mengira setiap orang Muslim menimbulkan ancaman.

Stella Creasy, anggota Parlemen yang mewakili Walthamstow --tempat Mahmood tinggal, telah mendesak Perdana Menteri Inggris David Cameron agar bertindak untuk menantang keputusan AS tersebut.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement