REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Puluhan orang dikhawatirkan tewas setelah tanah longsor melanda wilayah pertambangan batu giok. Ini menjadi insiden longsor kedua selama lebih dari satu bulan di kawasan tersebut.
Longsor terjadi Jumat (25/12) di Hpakant, utara negara bagian Kachin State. Wilayah itu diapit Cina dan India sekaligus menjadi jantung pendapatan miliaran dolar industri giok Myanmar. Kawasan tambang tersebut dikuasai oleh kekuatan militer.
"Kami mendengar sekitar 50 orang terkubur longsoran dan empat atau lima jasad ditemukan pagi ini," ujar Sai Lon yang bekerja di sebuah perusahaan pertambangan batu giok daerah itu dilansir Reuters.
Kepolisian Hpakant di distrik Mohnyin mengatakan, longsor terjadi pada Jumat sore waktu setempat. Namun pihaknya belum bisa memastikan berapa korban dalam bencana tersebut.
"Kami belum mendengar apa-apa dari tim penyelamat," kata seorang petugas yang enggan menyebutkan namanya.
Pada 22 November, longsor besar di daerah pegunungan yang sama di negara bagian Kachin menewaskan 114 orang. Daerah tersebut terkenal menghasilkan giok berkualitas tinggi dunia.
Kematian di tambang batu giok Myanmar , di mana penambang batu dan perusahaan besar bersaing untuk batu berharga tersebut. Peraturan keselamatan yang longgar dan kurangnya akuntabilitas diduga sebagai penyebab bencana.
Sebagian besar batu giok hasil penambangan di Hpakant diyakini diselundupkan ke negara tetangga, Cina. Di sana, batu hijau sangat berharga dan dianggap membawa kekayaan dan umur panjang.
Departemen Pertambangan mengatakan, sekitar 800 perusahaan pertambangan batu giok beroperasi di sekitar kota, tetapi aktivitas didominasi oleh 10 perusahaan. Sebagian besar usaha dipimpin Cina.
Penambang telah menggali bukit utara Myanmar dalam beberapa bulan terakhir. Mereka terburu-buru untuk menggali lebih dalam dan mengambil cadangan batu yang ada sebelum pemerintah baru beroperasi. Pemerintah baru telah berjanji menjalankan pemerintahan bersih dan mulai bekerja pada tahun depan.
Pemerintah terpilih Liga Nasional Demokrasi Aung San Suu Kyi bulan lalu mengatakan, pihaknya berencana memperketat pengawasan tambang batu giok.