Ahad 27 Dec 2015 06:00 WIB

Tertunda Evakuasi ISIS dari Damaskus

Rep: rr laeny sulityawati/ Red: Taufik Rachman
ISIS
Foto: Reuters
ISIS

REPUBLIKA.CO.ID,BEIRUT -- Sebuah kesepakatan yang dimediasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) untuk mengevakuasi lebih dari 2.000 anggota militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan militan lainnya dari pinggiran kota yang dikuasai pemberontak di Damaskus, Suriah, pada hari Sabtu (26/12) tertunda. Ini menyusul pembunuhan pemimpin pemberontak Jaysh al Islam.

‘’Evakuasi dari Damaskus diperkirakan berlangsung Sabtu pagi tapi ditunda karena sekarang   tidak ada wilayah yang aman untuk dilewati militan,’’ kata kelompok penmantau Syrian Observatory for Human Rights.

Stasiun TV Hizbullah Lebanon Manar melaoorkan, bus dijadwalkan mengangkut para anggota menuju Raqqa, ibu kota de facto dari Negara Islam di Suriah utara. Tetapi upaya itu gagal melalui setelah pemimpin kelompok pemberontak Jaysh al Islam, Zahran Alloush  tewas dalam serangan udara pada Jumat (25/12).

Sebenarnya, jika upaya evakuasi ini berhasil, ini akan menandai keberhasilan yang signifikan bagi pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad. Sekaligus meningkatkan peluangnya untuk menegaskan kembali kontrol atas wilayah strategis seluas 4 kilometer (2,5 mil) selatan dari pusat ibu kota.

Penundaan ini juga memberikan pukulan terhadap upaya PBB untuk mengakhiri pengepungan terhadap pemerintah. Sebelumnya, PBB bertujuan untuk mengadakan pembicaraan damai di Jenewa, Swiss, pada 25 Januari 2016 untuk mencoba mengakhiri hampir lima tahun perang saudara Suriah.

Selain itu mengajukan negosiasi ke pihak yang bertikai untuk tidak membiarkan peristiwa terjadi di wilayah Suriah menggagalkan proses ini.

PBB dan pihak asing telah meningkatkan upaya untuk menengahi gencatan senjata dan perjanjian menuju tujuan yang lebih luas mengakhiri perang saudara, di mana lebih dari 250.000 orang tewas. Perang saudara dipicu oleh tindakan keras pemerintah Suriah pada gerakan pro-demokrasi di awal tahun 2011.

Militan ISIS semakin memperkeruh suasana dengan melakukan kekacauan untuk merebut wilayah di Suriah dan Irak. Sekitar 4,3 juta warga Suriah telah meninggalkan negara mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement