REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand bertekad menjadi produsen halal nomor satu di ASEAN. Mereka menyiapkan aneka kebijakan dan fasilitasi untuk itu.
Sekretaris Jenderal Badan Pengembangan Sosial dan Ekonomi Thailand (NESDB) Porametee Vimolsiri menyampaikan, Thailand punya mekanisme sertifikasi halal di Pusat Dewan Islam Thailand (CICOT). Sudah ada setidaknya 100 ribu produk makanan, kosmetik, hotel dan restoran yang disertifikasi halal.
Keberadaan Halal Science Center Chulalongkorn University juga penting untuk mencetak para pakar dan menguatkan infrastruktur dasar industri halal. Kemajuan sains dan teknologi jadi keuntungan buat Thailand.
Tahun depan, Pemerintah Thailand akan mulai mengimplementasikan Program Pembangunan 12 dimana integrasi indutri halal masuk di dalamnya.
''Dengan potensi dan kapasitas yang dimiliki, Thailand ingin menjadi produsen halal nomor satu di regional dengan menguatkan produksi dan promosi berkelanjutan,'' kata Porametee dalam forum Thailand Halal Assembly 2015, belum lama ini.
Dengan begitu, sertifikasi halal jadi lebih maju dan produk ekspor Thailand jadi lebih dipercaya publik. Begitu pula elektronifikasi basis data juga diharapkan bisa mempercepat sertifikasi halal.
Proses sertifikasi pun terus diperbaiki agar makin memudahkan produsen. Misalnya waktu sertifikasi yang hanya satu bulan dan masa berlaku sertifikat yang berlaku hingga dua tahun.
Pemenuhan ketentuan hukum agama dan legal juga berupaya dilakukan. Usaha ini diiringi juga dengam peningkatan kapasitas pelaku industri.
Sejauh ini, NESDB berkolaborasi dengan berbagai lembaga domestik dan internasional terutama dengan mitra segitiga pertumbuhan industri halal, Malaysia dan Indonesia. Thailand mengindentifikasi potensi produk halal khusus, terutama dalam implementasi Program Pembangunan ke 11 dan 12.
Dalam Program Pembangunan untuk industri halal ini, kementerian lintas bidang dilibatkan. Pemerintah Thailand juga rutin mengalokasikan dana APBN untuk implementasi strategi industri halal yang diprediksi akan mencapai delapan miliar baht.
''Produk halal ekspor Thailand difokuskan ke negara tetangga karena pasarnya tergolong besar. Segitiga emas ASEAN, Thailand, Malaysia dan Indonesia saja sangat menjanjikan,'' kata Pomaratee.
Dalam kelompok kerja industri halal yang saat ini diketuai Indonesia, kerja lintas batas sangat dibutuhkan agar biaya bisa ditekan, termasuk pengakuan sertifikat halal. Ke depan, citra dan merek tunggal Indonesia, Malaysia, dan Thailand (IMT) akan digulirkan dan dikedepankan termasuk untuk bahan baku, informasi bisnis, kanal teknologi informasi, dan sistem barcode.
Direktur HSC Chulangkorn University Winai Dahlan mangatakan, HSC sudah membuat rute halal ke arah-arah perbatasan dengan Malaysia, Laos dan Myanmar. Dengan aplikasi selular, mereka yang mencari makanan halal dan tempat shalat di jalur itu, bisa menemukannya.
''MEA di awal 2016 jadi waktu yang tepat untuk memperdalam pasar,'' ungkap cucu pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan, itu.