REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sekitar 200 orang nasionalis Jepang pada Selasa (29/12) mengecam kesepakatan dengan Korea Selatan dalam masalah budak seks masa perang. Beberapa orang menyeru Perdana Menteri Shinzo Abe bunuh diri karena malu.
Jepang pada Senin menawarkan permohonan maaf tulus dan memberikan dana satu miliar yen (83 miliar rupiah lebih) kepada perempuan Korea Selatan, yang dipaksa menjadi pelacur oleh militer Jepang pada saat Perang Dunia II.
(Baca: Kesepakatan Budak Seks, Korsel Minta Dukungan Korban)
Abe, seorang nasionalis, yang mendapatkan kekuasaan pada tiga tahun lalu memuji kebijakan tersebut sebagai masa baru dalam hubungan kedua negara tersebut. Hubungan Tokyo dengan Seoul sejak lama dinodai masalah perempuan penghibur, warisan penjajahan Jepang atas semenanjung Korea dan Perang Dunia II.
Beberapa kalangan konservatif sayap kanan Jepang sejak lama mengatakan negara tidak memiliki alasan meminta maaf dan mempertanyakan keadaan perempuan penghibur yang masih hidup, memberikan kesan mereka bekerja dengan keinginan mereka sendiri dan tidak dalam paksaan.
(Baca: Budak Seks Korea, Taiwan Desak Jepang Minta Maaf)
Pengunjuk rasa itu, yang kebanyakan berusia 60-an tahun atau lebih tua, menyanyikan lagu Kimigayo yang berisi pujian kepada kaisar Jepang, dan membawa bendera merah putih nasional.
"Kami tidak akan pernah mengizinkan pengkhianatan ini. Abe, kau menodai para arwah yang tewas dalam perang! Kau harus melakukan seppuku (bunuh diri)," kata seorang wanita sambil menjerit," kata pengunjuk rasa serempak di kegiatan di luar kawasan kantor resmi dan tempat tinggal Abe sambil menyebutnya pengkhianat.