Rabu 30 Dec 2015 19:08 WIB

AS Masih Mata-matai Komunikasi Netanyahu

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham
Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu speaks in the Jerusalem residence of Israeli President Reuven Rivlin after he was tasked by the president to form the next Israeli government, 25 March 2015.
Foto: PA/JIM HOLLANDER
Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu speaks in the Jerusalem residence of Israeli President Reuven Rivlin after he was tasked by the president to form the next Israeli government, 25 March 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- The Wall Street Journal melaporkan, Amerika Serikat (AS) mengakui terus memata-matai komunikasi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meskipun menjanjikan untuk mengurangi hacking sekutunya. Laporan itu muncul pada Selasa (29/12).

Dikutip dari laman Al Arabiya, Rabu (30/12), Gedung Putih tidak menyangkal laporan tersebut. Namun menekankan pentingnya hubungan dekat yang sedang berlangsung dengan Israel. Namun, Kedutaan Israel menolak berkomentar mengenai hal ini.

Dua tahun lalu, Mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) AS Edward Snowden membocorkan dokumen rahasia NSA yang mengawasi percakapan telepon secara online. Presiden AS Barack Obama berjanji untuk membatasi memata-matai sekutu AS. (Baca juga: El Nino Tahun Depan Mengancam Jutaan Manusia).

Kanselir Jerman, Angela Merkel sebelumnya menyatakan malu karena ponselnya telah dipantau. Sekutu lainnya menyatakan keprihatinan pribadi tentang luasnya pemantauan NSA. Namun, menurut laporan Journal, Obama memutuskan demi tujuan keamanan nasional untuk terus memantau beberapa pemimpin, termasuk Netanyahu dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Pemerintah AS memutuskan untuk tidak menghapus atau menonaktifkan "cyber implan" itu dikeluarkan untuk sistem komunikasi asing karena akan sulit untuk menggantikannya. Sebaliknya, kata laporan itu, Obama memerintahkan bahwa beberapa sistem hack yang digunakan oleh sekutu dekat tidak akan secara rutin dipantau oleh NSA.

Dalam kasus Netanyahu, AS khawatir bahwa Israel itu memantau negosiasi AS dengan Iran dan mungkin mencoba menggagalkan upaya untuk mencapai kesepakatan tentang program nuklir Teheran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement