REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Pemerintah Kolombia pada Rabu (30/12) mengeluarkan peringatan merah mengenai permukaan rendah air di dua sungai utama di negeri tersebut karena kemarau yang berkepanjangan.
"Saya mengundang semua rakyat Kolombia untuk menghindari menyia-nyiakan air. Kita harus menghemat air dan energi selama musim kering," demikian tulisan Presiden Juan Manuel Santos di akun resmi Twitternya pada Rabu, ketika mengeluarkan pengumuman itu dalam satu acara di Kota Girardot, Kolombia Tengah.
Santos mengatakan ia mengeluarkan pengumuman tersebut setelah saran dari Kajian Lembaga Hidrologi, Meteorologi dan Lingkungan Hidup di negeri itu (IDEAM) dalam upaya mengurangi konsumsi air dan listrik. Permukaan air Sungai Cauca dan Magadlena di negeri tersebut berada pada tingkat paling rendah sejak 1973, akibat kemarau panjang yang dipicu fenomena El Nino.
Sebanyak 119 kota praja di negeri itu sudah mengalami kekurangan air. Santos juga mengatakan kebakaran hutan telah melahap lebih dari 100 ribu hektare lahan di lebih dari 500 kota praja dalam beberapa bulan belakangan.
"Lebih dari separuh hutan di negeri ini terpengaruh oleh kebakaran," kata Santos. Ia menekankan 98 persen kebakaran terjadi akibat ulah manusia.
Pada awal Desember, satu pengadilan Kolombia memerintahkan penutupan sementara operasi di Bendungan El Quimbo, pembangkit listrik tenaga air terbesar negeri tersebut untuk memelihara dan menghemat air jika terjadi kemarau yang lebih parah.
Namun Santos meminta pengadilan mengubah putusannya sebab penutupan bendungan itu dapat meningkatkan pemadaman listrik dan membuat takut penanam modal. Kolombia menghadapi kemarau sejak September, sehingga menyulut kebakaran hutan dan menewaskan banyak hewan, terutama di negara bagian Cundinamarca dan Boyaca di bagian tengah negeri tersebut.
Baca juga:
Penembakan San Bernardino, Tetangga Pelaku Jadi Terdakwa
Sydney Siapkan Pesta Kembang Api Terbesar di Australia