REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani telah memerintahkan untuk memperluas program pengembangan rudal balistiknya. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kemungkinan sanksi baru yang dilayangkan Amerika Serikat kepada para pejabat dan pebisnis Iran.
Dilansir laman Al Jazeera, Jumat (1/1), dalam sebuah surat kepada menteri pertahanannya pada Kamis (31/12), Rouhani mengatakan Iran tak akan menerima pembatasan terhadap program rudalnya. Rouhani juga dalam suratnya menyinggung rencana pemerintah AS untuk menjatuhkan sanksi tambahan pada individu dan lembaga Iran.
"Rupanya pemerintah AS sedang mempertimbangkan menambahkan individu dan lembaga ke dalam daftar sanksi baru. Ini penting untuk melanjutkan dengan kecepatan besar dan keseriusan terhadap rencana untuk memproduksi berbagai rudal yang dibutuhkan angkatan bersenjata sesuai kebijakan yang disetujui," ujar Rouhani dalam surat tersebut.
Rouhani menambahkan pengembangan dan produksi rudal balistik Iran, yang menurut mereka belum dirancang membawa hulu ledak nuklir, merupakan instrumen konvensional penting untk membela negara. Hal itu menurutnya akan terus berlanjut.
Pada Rabu (30/12), Wall Street Journal melaporkan AS sedang mempersiapkan sanksi baru terhadap perusahaan dan individu di Iran, Hong Kong dan Uni Emirat Arab atas dugaan mereka terlibat program rudal balistik Iran.
Iran mengutuk laporan dan mengatakan mereka memiliki hak mengembangkan rudal selama tak dirancang membawa hulu ledak nuklir. Sebuah resolusi yang diadopsi pada 2010 melarang Teheran melakukan peluncuran rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak.
Baca juga:
Saudi: Aliansi Militer Islam Penting untuk Lawan Terorisme
Rusia Sebut NATO Ancaman Negara
Sejarah Hari Ini: Fidel Castro Gulingkan Diktator Batista