Senin 04 Jan 2016 10:04 WIB

Netanyahu Larang Perempuan Yahudi Berdoa di Tembok Ratapan

Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu speaks in the Jerusalem residence of Israeli President Reuven Rivlin after he was tasked by the president to form the next Israeli government, 25 March 2015.
Foto: PA/JIM HOLLANDER
Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu speaks in the Jerusalem residence of Israeli President Reuven Rivlin after he was tasked by the president to form the next Israeli government, 25 March 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, YARUSSALEM -- Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu diduga telah setuju untuk mendukung upaya untuk melarang perempuan Yahudi untuk membaca Taurat di Tembok Barat Yarussalem.

Army Radio melaporkan pada pekan lalu, Netanyahu mengadakan pertemuan dengan kelompok-kelompok Yahudi ultra-ortodoks. Disana, dia menyetujui agar perempuan dilarang berdoa di lokasi yang dianggap oleh orang-orang Yahudi untuk menjadi tempat paling suci ibadah, seperti dikutip dari kantor berita Turki, Anadolu Agency.

Hanya, kabar itu diklarifikasi pejabat di kantor Perdana Menteri. Kepada Anadolu Agency, pejabat itu menjelaskan, "Perdana Menteri mendukung status quo dan menghormati semua aliran Yudaisme."

Women of The Wall, kelompok di Israel yang mendorong perempuan untuk diberikan hak yang sama dengan laki-laki, menuduh Netanyahu menerapkan standar ganda dalam komentarnya tentang masalah tersebut. Ormas itu mengatakan Netanyahu mendukung tuntutan mereka ketika menangani orang-orang Yahudi yang berbahasa Inggris di Amerika Utara, tapi melawan mereka saat berbicara dengan khalayak Israel.

"Ternyata ketika Netanyahu berbicara tentang 'semua' Yahudi [memiliki kebebasan untuk berdoa] pada bulan November 2015, ia lupa bahwa perempuan membuat setengah dari semua orang Yahudi. Tidak ada Perdana Menteri Israel memiliki hak untuk mengambil Taurat dari setengah dari semua Yahudi," kata sebuah pernyataan dari kelompok itu. 

"Bahkan jika kita harus menyembunyikan gulungan Taurat dan menyelundupkannya melewati para penjaga, kita akan melakukannya seperti orang-orang Yahudi telah dipaksa untuk melakukannya berkali-kali sebelumnya kami di pengasingan."

Kelompok hak asasi perempuan lain, Pusat Keadilan Perempuan di Yerusalem, telah mengajukan permohonan menunggu putusan dari Mahkamah Agung yang menantang dasar hukum dari larangan yang ada pada wanita membaca Taurat di Tembok Barat.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement