Senin 04 Jan 2016 16:52 WIB

Iran: Saudi Akui Kesalahan Eksekusi Nimr

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Teguh Firmansyah
Demonstran Iran meneriakkan slogan sambil membawa foto ulama Syiah Sheikh Nimr al-Nimr saat demo menentang eksekusinya di Saudi Arabia, di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran 3 Januari 2016.
Foto: Reuters
Demonstran Iran meneriakkan slogan sambil membawa foto ulama Syiah Sheikh Nimr al-Nimr saat demo menentang eksekusinya di Saudi Arabia, di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran 3 Januari 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Wakil Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian menanggapi kebijakan Arab Saudi yang memutuskan hubungan diplomatik sepihak. Menurut Abdollahian pemutusan tersebut sama saja Saudi mengakui adanya kesalahan dengan menghukum mati Sheikh Nimr.

AS. salah satu sekutu Arab Saudi mengatakan hubungan diplomatik tetap dibutuhkan untuk mengurangi situasi panas kedua negara.

"Kami percaya dengan hubungan diplomatik dan komunikasi langsung masih dibutuhkan, kami juga akan terus mendesak pemimpin di seluruh wilayah untuk menenangkan situasi," ujar pejabat pemerintah Presiden Barack Obama, Ahad (3/1).

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan eksekusi Nimr ini telah memperburuk situasi antarsekte. Pihaknya mendesak Arab Saudi untuk menghormati dan melindungi HAM.

Pemerintah Prancis menyesalkan eksekusi tersebut. Mereka secara tegas berkomitmen untuk menentang hukuman mati apapun situasinya.  Di Turki, ratusan pengunjuk rasa berkumpul terkait kebijakan hukuman mati yang dilakukan Arab Saudi. Mereka berteriak bahwa Arab Saudi akan membayar harga atas kebijakannya tersebut.

Baca juga, Ini Jalan Panjang Konflik Saudi-Iran, dari Revolusi Hingga Insiden Makkah.

Saudi memutuskan hubungan diplomatik setelah kantor kedutannya di Teheran diserang demonstran. Serangan dilakukan menyusul keputusan Saudi mengkeksekusi ulama Syiah, Nimr al-Nimr.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement