REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyerukan agar krisis diplomatik antara Arab Saudi dan Irak segera diakhiri.
Hal ini diungkapkan salah seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri AS setelah Arab Saudi membekukan semua layanan penerbangan dari dan ke Iran, hanya sehari setelah Riyadh memutus hubungan diplomatik dengan Teheran.
"Kami mendesak agar ketegangan ini segera diredakan. Kita perlu suasana tenang," kata seorang pejabat AS seperti dikutip BBC News, Senin (4/1).
Pemerintah Inggris, Prancis, dan Jerman juga dilaporkan khawatir dengan ketegangan yang dipicu oleh eksekusi ulama Syiah terkemuka di Arab Saudi, Sheikh Nimr al-Nimr pada Sabtu (2/1). Sheikh Nimr menjalani hukuman mati bersama tak kurang dari 40 orang lainnya, yang oleh pemerintah Arab Saudi dikatakan bersalah dalam kasus terorisme.
Tokoh Syiah ini mendukung unjuk rasa antipemerintah pada 2011 dan mengusulkan pemilihan umum. Eksekusi al-Nimr memicu kemarahan di berbagai kawasan, termasuk di Iran, yang dikenal sebagai rival Arab Saudi di kawasan.
Kantor kedutaan Arab Saudi di Teheran dilempari bom molotov yang memaksa Riyadh mengevakuasikan diplomat-diplomat mereka. Tak lama kemudian Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran dan memerintahkan semua diplomat Iran untuk meninggalkan negara tersebut dalam waktu 48 jam.
Dan pada hari Senin (4/1) badan penerbangan sipil Saudi membekukan semua layanan penerbangan dari dan ke Iran.