REPUBLIKA.CO.ID, KARTUM -- Sudan pada Senin menyatakan memotong hubungan diplomatik dengan Iran sesudah sekutu Teluk-nya, Arab Saudi, melakukan hal sama di tengah peningkatan ketegangan Riyadh dengan Teheran atas hukuman mati ulama.
"Pemerintah Sudan mengumumkan pemotongan segera hubungan diplomatik dengan Republik Islam Iran," kata pernyataan kementerian luar negeri.
Kementerian itu menyatakan keputusan tersebut diambil sesudah serangan keji di kedutaan Saudi di Teheran dan konsulatnya di Mashhad, yang dikatakannya adalah pelanggaran jelas hukum antarbangsa.
Langkah itu muncul sesudah Arab Saudi memotong hubungan dengan Iran pada Ahad (3/1), di tengah peningkatan ketegangan, yang dipicu penghukum-matian seorang ulama Syiah di kerajaan berpemerintahan Sunni itu pada akhir pekan lalu.
Bahrain juga memutuskan hubungan dengan Iran, yang dikuasai Syiah, pada Senin dan Keamiran Arab Bersatu menurunkan tingkat hubungan dengan Republik Islam tersebut. Sudan dipandang menikmati hubungan baik secara umum dengan Iran hingga September 2014, ketika ia menutup pusat kebudayaan Iran di Kartum.
Kartum juga mendekati negara Sunni Teluk pada Maret tahun lalu ketika mengumumkan bergabung dengan persekutuan pimpinan Saudi melawan pemberontak Syiah Huthi dukungan Iran di Yaman.
Amerika Serikat pada Ahad mendesak pemimpin Timur Tengah mengurangi ketegangan di kawasan itu setelah Arab Saudi menghukum mati seorang ulama Syiah, yang memicu kemarahan Iran. Hukuman mati itu memicu serangan terhadap kedutaan besar Saudi di Teheran, yang mendorong Riyadh memutuskan hubungan diplomatik.
"Kami mengetahui bahwa Saudi memerintahkan penutupan perwakilan diplomatik Iran di kerajaan itu," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat John Kirby mengenai perselisihan diplomatik tersebut.
"Kami yakin, pelibatan diplomatik dan pembicaraan langsung masih penting untuk mengatasi perbedaan dan kami akan terus mendesak pemimpin di kawasan itu mengambil langkah untuk meredakan ketegangan," katanya.
Perselisihan diplomatik itu terjadi ketika pemimpin agung Iran mengatakan Saudi akan menghadapi "pembalasan" atas hukuman mati Syeh Nimr al-Nimr pada Sabtu dan negara Barat menyuarakan kecemasan mengenai peningkatan ketegangan pengikut Sunni dengan Syiah tersebut.
Nimr, 56 tahun, dituduh berada di balik unjuk rasa menentang pemerintah pada 2011 di Saudi timur, yang kaya minyak.