Rabu 06 Jan 2016 17:08 WIB

Kesepakatan Budak Seks Korea Terhalang Patung

Seorang perempuan mengambil gambar patung seorang gadis yang melambangkan korban budak seks Jepang saat PD II di depan Kedubes Jepang di Seoul, Korsel, Selasa, 29 Desember 2015.
Foto: AP Photo/Lee Jin-man
Seorang perempuan mengambil gambar patung seorang gadis yang melambangkan korban budak seks Jepang saat PD II di depan Kedubes Jepang di Seoul, Korsel, Selasa, 29 Desember 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kesepakatan bersejarah Korea Selatan dengan Jepang untuk mengakhiri perselisihan puluhan tahun atas masalah perempuan penghibur masa Perang Dunia II berjuang mengatasi halangan kecil namun menakutkan dalam bentuk patung gadis remaja.

"Saya di sini untuk mempertahankan monumen perdamaian ini," kata Jung Woo Ryung, yang berusia 22 tahun, mendeklarasikan tanpa ragu. Dia berdiri pada Selasa di samping patung gadis duduk, yang didirikan di seberang kedutaan Jepang di Seoul pada 2011.

Dengan menggambarkan wanita muda tanpa alas kaki, berbusana tradisional Hanbok dari Korea dan dengan tangannya terkepal di pangkuannya, patung itu menjadi lambang penderitaan tertahan mereka, yang disebut perempuan penghibur yang dipaksa bekerja di pelacuran militer Jepang saat Perang Dunia II. Patung itu menjadi lambang perjuangan mereka untuk memperoleh permohonan maaf dan ganti rugi resmi dari Tokyo.

Pada pekan lalu, Jepang menawarkan permohonan maaf dan dana satu miliar yen (120 miliar rupiah) kepada 46 permepuan penghibur Korea yang masih hidup, di bawah perjanjian, yang disebut kesepakatan akhir dan tidak dapat dibalikkan oleh kedua negara itu.

Namun, kesepakatan itu memicu kebingungan atas nasib patung perempuan penghibur itu, yang saat ini menjadi fokus bagi para aktivis Korea Selatan yang menudu pemerintah menjual diri ke Tokyo.

Jepang bersikeras kesepakatan tersebut termasuk usaha yang jelas dari Korea Selatan untuk menyingkirkan patung itu, dengan Menteri luar Negeri Jepang Fumio Kishida mengutarakan pada Senin dia memahami patung tersebut akan dipindahkan sepantasnya.

Namun, Seoul berkata mereka hanya berjanji mencari kemungkinan pemindahan patung perunggu itu dan meminta seorang pejabat senior kedutaan Jepang untuk menegur apa yang mereka sebut sebagai komentar provokatif dari Kishida.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan juga menekankan karena patung tersebut ditempatkan oleh kelompok masyarakat, pemerintah tidak memiliki hak untuk memerintahkan penyingkirannya.

 

Baca juga: 3 Alasan Mengapa Saudi dan Iran 'Bermusuhan'

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement