REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pernyataan Korea Utara pada Rabu (6/1) mereka berhasil melakukan uji ledak bom hidrogen menuai kecaman dari negara sahabat dan musuh.
Cina menentang keras ulah negara tetangganya itu, sementara negara lain mengecamnya sebagai provokasi, yang tidak bisa ditenggang dan harus dihukum. Beberapa negara menjanjikan tanggapan keras ketika ketegangan kembali meningkat di Asia timur laut dan banyak pula yang menyerukan Perserikatan Bangsa-Bangsa melakukan tindakan lebih jauh terhadap negara terkucil itu.
Cina mitra terpenting diplomatik Korut, bersikap lebih berwarna daripada negara lain, dengan mengatakan menentang keras uji tersebut dan akan memanggil duta besar Korut untuk penjelasan resmi. Namun, menambahkan dialog adalah satu-satunya jalan praktis untuk memecahkan masalah terkait.
Beijing merupakan penyedia utama bantuan dan perdagangan bagi Pyongyang namun hubungan tersebut dalam beberapa tahun terakhir menegang, sebagian karena kengototan Korut soal program nuklir di tengah kecaman internasional.
Pemimpin Korut Kim Jong-Un belum mengunjungi Beijing sejak ia berkuasa, setelah meninggalnya ayahnya empat tahun lalu.
"Kami mendesak keras DPRK (Korut) untuk tetap pada komitmen denuklirisasi, dan berhenti mengambil langkah apapun yang akan membuat situasi memburuk," kata juru bicara kementerian luar negeri Hua Chunying dalam jumpa pers harian.
Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye menyebut uji tersebut sebagai provokasi serius dalam pertemuan darurat Dewan keamanan Nasional (NSC) yang digelar segera setelah berita tersebut mencuat.