Kamis 07 Jan 2016 06:50 WIB

Perjanjian Bersejarah Korea-Jepang Tersandung Patung Tembaga

Patung tembaga simbol wanita penghibur militer Jepang di Seoul, Korea.
Foto: pressenterpriseonline.com
Patung tembaga simbol wanita penghibur militer Jepang di Seoul, Korea.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Perjanjian bersejarah Korea Selatan dan Jepang belum tuntas. Patung tembaga seorang gadis remaja menjadi masalahnya.

Patung tersebut merupakan simbol perjuangan perempuan penghibur yang menuntut keadilan pemerintah Jepang. Digambarkan patung itu, seorang perempuan bertelanjang kaki, mengenakan pakaian tradisional Korea (Hanbok) dengan kepalan tangan dipangkuannya.

Patung itu dibangun di trotoar seberang Kedutaan Besar Jepang di Seoul pada tahun 2011. "Saya di sini untuk membela monumen perdamaian," kata Jung Woo-Ryung (22) pada Selasa saat berdiri di samping sosok patung tembaga dengan posisi duduk untuk menjaganya.

Pekan lalu, Jepang menawarkan permintaan maaf dan 1 miliar yen (8,3 juta dolar AS) bagi 46 wanita penghibur Korea yang masih hidup. Namun, perjanjian itu telah memicu kebingungan atas kelangsungan nasib patung wanita itu, yang kini telah menjadi fokus bagi para aktivis Korea Selatan yang menuduh pemerintah menjual patung ke Tokyo. 

Pihak Tokyo meminta patung itu dipindahkan. Tapi, Seoul mengatakan hanya berjanji untuk melihat kemungkinan memindahkan patung tembaga itu. "Dan pemerintah Korea tidak boleh menyebutkan apa pun tentang penghapusan atau pemindahan monumen," tambahnya.

Bong Young-Shik, seorang peneliti senior tentang Jepang di Asan Institute for Policy Studies di Seoul, mengatakan perselisihan menempatkan pemerintah Korea Selatan di posisi yang sulit, mengingat cukup besarnya modal politik yang sudah dikeluarkan untuk membuat kesepakatan dengan Jepang.

"Isu tentang budak seks masa perang adalah masalah yang sangat emosional di Korea dan patung itu sebagai simbolnya," kata Bong.

"Masyarakat marah dengan upaya Jepang untuk menghapus patung, bahkan lebih marah karena pemerintah Korea seperti terlihat bekerja sama dalam hal ini," tambahnya.

Sosok perunggu yang menatap ke seberang jalan di kedutaan Jepang selama empat tahun terakhir didirikan dengan sumbangan masyarakat sebanyak 30 juta won (25 ribu dolar AS).

Kursi kosong di sebelah patung perempuan muda mewakili para korban yang tewas sejak perang, sementara bayangan yang terukir ke dasar patung melambangkan seorang wanita tua yang lemah -yang mencerminkan penderitaan yang masih menghantui para korban.

Patung itu terbukti menjadi simbol yang sangat ampuh dan populer, dan biasanya dikenakan pakaian sesuai dengan musim - seperti topi wol dan syal di musim dingin. Lebih dari dua lusin monumen serupa telah dibangun di sekitar Korea Selatan, dan selusin atau lebih didirikan di luar negeri di Amerika Serikat, Kanada dan di tempat lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement