REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Jutaan rakyat Suriah masih terus bertahan di bawah serangan udara yang diluncurkan rezim Suriah, Rusia, dan koalisi AS. Masing-masing memiliki sasaran dan kepentingan yang berbeda.
Dilansir dari Al Jazeera, Selasa (22/12), beberapa penduduk Suriah menuturkan kehidupan mereka di bawah konflik dan harapan mereka untuk Suriah di masa yang akan datang.
"Kehidupan yang kami miliki tentu saja sangat menakutkan, tapi Allah lebih tinggi. Saya tidak takut mati. Kakak saya meninggal dalam pertempuran dengan tentara Suriah dan semua keluarga saya telah dibom, namun berkat Tuhan, semua keluarga dekat saya masih hidup," kata Mohammad Ali Basha (22), seorang anggota pertahanan sipil di Idlib.
Setiap hari ia bertugas menyelamatkan orang-orang dari bawah reruntuhan akibat pemboman dan memadamkan kebakaran. Kebakaran terjadi tanpa kenal waktu. Pekan lalu, Rusia membom sebuah rumah dan delapan orang tewas. Ali bersama rekan-rekannya menyisir lokasi untuk mengeluarkan jasad mereka dari bawah reruntuhan.
Menurut Ali, bom telah berdampak pada segala bidang. Jalan hancur sehingga orang-orang sulit bepergian. Jaringan air sering turun. Orang tidak mampu makan selama berhari-hari. Kadang-kadang, orang makan hanya roti.
Kondisi serupa dituturkan Aziz (49), seorang dokter bedah umum di Aleppo timur. Menurut Aziz, hampir semua rumah sakit berada di bawah tanah sekarang. Mereka menaruh karung pasir di jendela dan sekitar mesin-mesin untuk melindungi dari pecahan peluru. Hanya ada lima ahli bedah umum yang tersisa di Aleppo.