REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Sekitar 100 rumah di pinggiran Perth selatan, Australia barat ludes dijilat api. Petugas darurat dan media setempat sebelumnya melaporkan tiga orang hilang dalam musibah tersebut. Tapi, mereka ditemukan dalam keadaan selamat.
Kebakaran semakin membesar karena angin panas. Sekitar 58 ribu hektare lahan hangus terbakar dan api menjalar ke kota kecil di pedalaman, Yarloop, Kamis (7/1) malam waktu setempat.
Media setempat melaporkan, sekitar 95 bangunan hancur di kota berpenduduk 545 orang itu, termasuk kantor pos, kantor pemadam kebakaran dan pertokoan. "Saya yakin, kami mendapatkan yang saya sebut kehilangan besar di Yarloop," kata Wayne Gregson, Komisaris Dinas Kebakaran dan Darurat Australia Barat.
Surat kabar The Australian mengatakan, sebagian besar mereka yang tinggal untuk mempertahankan barang-barang mereka sedang dievakuasi melalui udara atau darat. "Itu tidak terkendali, setelah itu menjalar ke tempat tersebut, sangatlah menakutkan. Sama seperti apa yang terlihat saat pengebom napalm menyerang," kata petugas pemadam kebakaran sukarela, Jesse Puccio, kepada Perusahaan Penyiaran Australia.
Kebakaran itu terus mengancam kota-kota produsen daging sapi dan hasil peternakan negara tersebut. Alcoa Inc mengatakan dua bangunan hancur, namun operasi pengilangan aluminanya di bagian barat Australia tidak mengalami kebakaran.
Warga Australia mengalami serangkaian kebakaran dikarenakan musim yang kering dan panas yang berkepanjangan. Empat orang tewas dalam serangkaian kebakaran yang disebabkan sambaran petir di bagian barat Australia pada November, dua orang tewas dalam kebakaran di negara bagian selatan Australia, dan lebih dari 100 rumah hancur dalam kebakaran pada saat Hari Natal di negara bagian Victoria.
Kebakaran merupakan kejadian tahunan tiap musim panas di Australia, namun kenaikan suhu telah memicu para ilmuwan untuk memperingatkan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan jangkauan dan intensitas kebakaran musim panas.
Australia mengalami tahun terpanas kelimanya sepanjang sejarah pada 2015, menurut Biro Meteorologi yang telah memantau statistik sejak 1910.