REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO – Hari ini para pejabat di Amerika Serikat dijadwalkan bertemu petinggi teknologi utama untuk membahas eksploitasi organisasi teroris yang tumbuh dari internet. Dunia maya disebut-sebut menjadi media untuk perekrutan dan perencanaan organisasi teroris.
Perusahaan teknologi diharap dapat membantu aparat penegak hukum federal guna melacak komunikasi para terorisme di internet. Sebab, seringkali pertempuran negara dengan terorisme kalah saat masuk ke ranah online.
Misalnya, ISIS yang sangat piawai menggunakan media sosial untuk merekrut dan mempromosikan teror mereka. Apple, Facebook dan Twitter, akan mengirimkan perwakilannya dalam pertemuan tersebut. Beberapa perusahaan yang diundang, namun belum mengkonfirmasi kehadirannya antara lain Google, YouTube, Dropbox dan Microsoft.
Pertemuan akan diselenggarakan di San Fransisco, termasuk telekonferensi dan laporan dari Washington. Dari kalangan pemerintah, akan hadir Jaksa Agung Loretta Lynch, Direktur FBI James Comey, Kepala Staf Gedung Putih Denis McDonough dan Direktur Pertemuan Intelijen Nasional James Clapper.
Mereka akan beriskusi tentang bagaimana perusahaan teknologi bisa menyulitkan teroris dalam memanfaatkan kekuatan internet untuk menyebarkan pesan. Topik lain yang akan dibahas adalah bagaimana perusahaan-perusahaan tersebut dapat membantu masyarakat untuk membuat, mempublikasikan dan memperkuat konten alternatif yang akan melemahkan organisasi teroris.
Bulan lalu setelah penembakan teroris di San Bernardino, California, senator Dianne Feinstein D -Calif memperkenalkan undang-undang yang akan mewajibkan perusahaan media sosial melapor ke aparat penegak hukum apabila menemukan aktivitas teroris di platform mereka.
Facebook dan Twitter didorong berbuat lebih banyak untuk menghentikan terorisme. Hal tersebut dilatarbelakangi keberhasilan ISIS menggunakan berbagai jenis media untuk merekrut anggota baru. “Mereka menggunakan setiap media yang ada seperti audio, video, infografis, foto, semuanya. Bisa Anda bayangkan,” ujar Direktur Editorial Konsorsium Analis dan Penelitian Terorisme (sebuah perusahaan swasta yang mengumpulkan informasi kelompok terorisme), Veryan Khan seperti dilansir dari USA Today, Jumat (8/1).
Kelompok teroris ahli menemukan orang yang merasa sendiri dan terasing. “Mereka seolah memberi kehangatan dan lingkungan yang penuh kasih sayang sehingga calon anggotanya merasa sangat dihargai. Mereka memberi tempat dimana seseorang ingin berada,” kata Khan.