Senin 11 Jan 2016 07:53 WIB

Hari "Masjid Terbuka" Menandai Peringatan Serangan Charlie Hebdo

Rep: Gita Amanda/ Red: Esthi Maharani
Muslim Prancis shalat Jumat di Masjid Agung Strasbourg, Jumat, France, 20 November 2015.
Foto: REUTERS/Vincent Kessler
Muslim Prancis shalat Jumat di Masjid Agung Strasbourg, Jumat, France, 20 November 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Akhir pekan lalu, masjid-masjid di Prancis membuka pintu mereka dalam upaya mendorong integrasi dan mematahkan stereotip negatif terhadap Muslim. Acara tersebut dilakukan menandai serangan di kantor Charlie Hebdo.

Dilansir Aljazirah, pada Sabtu (9/1) pagi semua pengunjung dan dari semua latar belakang agama telah memasuki sekitar 2.400 masjid dari Paris ke Toulouse selama acara. Para wisatawan dapat mengunjungi masjid, dan berbicara serta bertemu para Muslim sambil minum teh dan makanan ringan.

Acara akhir pekan ini diselenggarakan oleh French Council of the Muslim Faith (CFCM) yang didukung pemerintah. Acara tersebut datang menandai peringatan satu tahun serangan di kantor Charlie Hebdo dan supermarket Yahudi yang menewaskan 17 orang.

Seorang peneliti di oulouse 1 University Capitole, Rim-Sarah Alouane, mengatakan selama ini Muslim tak hanya jadi target pemerintah tapi juga kelompok sayap kanan ekstrim, dan sentimen anti-Muslim juga terus berkembang. Acara pembukaan masjid untuk umum tersebut menurutnya sangat baik untuk menunjukkan Muslim bersedia merangkul dan menunjukkan bahwa mereka menjunjung perdamaian.

"Inisiatif ini merupakan langkah pertama menuju sesuatu yang lebih besar," ujarnya.

Pada Desember saat rencana acara ini diumumkan, Presiden CFCM Anouar Kbibech mengatakan acara bertujuan mengatasi rasa ketidakpercayaan dan kecurigaan terhadap Muslim. Ia berharap di 2016 semua warga negara dari semua agama dapat berkerja sama menuju persatuan.

Ada sekitar 5,5 juta hingga 6,2 juta Muslim di Prancis, atau sekitar 7,6 persen dari total penduduk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement