REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Perang masih menghantui rakyat Suriah. "Hari-hari kami penuh dengan ketakutan dan kematian. serta kehilangan orang yang kami cintai," kata Tariq (23 tahun).
Lelaki yang tinggal di Kafr Batna ini mengaku hidup makin mengerikan hari demi hari. Warga sipil dihantam dengan segala macam senjata, mulai dari pesawat tempur, mortir, sampai senapan.
Kendati demikian, orang harus tetap melakukan pekerjaan sehari-hari, terlepas dari pemboman. "Sangat berbahaya meninggalkan rumah setiap hari, tapi apa yang bisa saya lakukan? Saya harus pergi bekerja," kata Tariq, yang bekerja sebagai staf dewan lokal, dilansir dari Al Jazeera, (22/12).
Setiap hari, ia pergi ke gedung dewan lokal dengan sepeda motor. Menurut dia, itu sedikit lebih aman dibanding jalan kaki. Tariq juga cukup beruntung sebab pasar ada di sebelah rumahnya. Ia tidak kesulitan membeli makanan, terlepas dari kenyataan pasar sering menjadi sasaran tembak.
Maimouna Alammar (29), manajer kantor Syrian Child Protection Network di Douma, berpandangan serupa. Ia tidak tertarik membicarakan pengeboman. Warga Suriah telah memiliki daya tahan yang secara alamiah semakin kuat di tengah konflik. "Orang telah lelah dengan perang dan hanya ingin perdamaian," kata Maimouna.
Baca juga: Sejarah Hari Ini: Dokter Perempuan Pertama Lulus