Senin 11 Jan 2016 17:36 WIB

PBB akan Tinggalkan Bantuan di Madaya, Suriah

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ani Nursalikah
Seorang warga Madaya, Suriah yang kelaparan karena desanya dikepung pasukan pemerintah.
Foto: Local Revolutionary Council in Madaya via AP
Seorang warga Madaya, Suriah yang kelaparan karena desanya dikepung pasukan pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, MADAYA -- Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) diperkirakan akan meninggalkan bantuan di Madaya, Suriah. Di tempat ini masyarakatnya dilaporkan telah mati kelaparan.

Persediaan makanan darurat PBB awalnya akan dikirim ke kota yang dikuasai pemberontak pada Ahad (10/1), tetapi operasi itu ditunda. Tidak jelas apa yang menyebabkan keterlambatan bantuan.

Tetapi wartawan BBC di Beirut mengatakan, negosiasi akses masuk ke wilayah pengepungan dalam kondisi rumit. Saat ini ada sekitar 40 ribu orang di Madaya, dekat perbatasan Lebanon. Untuk bertahan hidup, penduduk memakan hewan peliharaan dan rumput.

Brice de la Vigne dari Medecins Sans Frontieres (MSF) menggambarkan situasi di Medaya cukup mengerikan. De la Vigne, yang organisasinya telah melakukan kontak dengan dokter di Madaya, mengatakan kepada BBC lebih dari 250 orang di sana mengalami kekurangan gizi akut.

"10 orang dari mereka memerlukan evakuasi medis segera atau mereka akan mati," ujarnya seperti dikutip dari laman BBC, Senin (11/1).

Program Pangan Dunia (WFP) berharap mengambil pengiriman pertama makanan dan obat-obatan untuk Madaya. Pengiriman bantuan darurat juga direncanakan untuk dua desa yang dikuasai pemberontak, yaitu Kefraya dan Foah.

Blokade sering terjadi saat perang saudara Suriah. Tetapi nasib Madaya menarik perhatian internasional, sebagian karena foto-foto yang muncul dari warga penderita gizi buruk.

Madaya telah dikuasai sejak awal Juli oleh pasukan pemerintah dan sekutu gerakan Hizbullah Lebanon. Situasi di Foah dan Kefraya juga dilaporkan akan memburuk, dengan perkiraan 30 ribu orang terjebak.

Hingga saat ini, 4,5 juta orang di Suriah tinggal di daerah yang sulit dijangkau, termasuk hampir 400 ribu orang di 15 lokasi terkepung yang tidak memiliki akses untuk mendapatkan bantuan.

 

Baca juga:

Suriah, Melanjutkan Hidup di Tengah Desing Peluru

Sejarah Hari Ini: Dokter Perempuan Pertama Lulus

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement