REPUBLIKA.CO.ID, SUDAN -- Badan dunia yang menangani masalah anak-anak atau UNICEF mengatakan lebih dari setengah anak-anak di Sudan Selatan tidak bersekolah. Hal itu masuk ke dalam kategori tingkat tertinggi di dunia.
Pasukan pemerintah telah berjuang dan melakukan pemberontakan selama dua tahun terakhir. Meskipun kesepakatan damai telah ditandatangani pada Agustus 2015.
Sementara negara tetangganya, Nigeria berada di tingkat kedua, dengan 47 persen anak-anak tidak dapat bersekolah. Kemudian diikuti oleh Sudan 41 persen dan Afghanistan 40 persen.
“Di seluruh dunia, sekitar 24 juta anak dari sekitar 109 juta yang tinggal di negara-negara yang sedang berkonflik, anak-anaknya tidak dapat bersekolah,” kata UNICEF.
BBC melansir, UNICEF juga menyebut bahkan sebelum konflik dimulai, sebanyak 1,4 juta anak-anak sudah tidak bersekolah di Sudan Selatan. Sejak perang pecah, lebih dari 800 sekolah telah dihancurkan. Lalu lebih dari 400 ribu anak-anak harus meninggalkan sekolah mereka.
Meskipun perjanjian damai sudah ada, UNICEF menyebut kekerasan tetap terjadi di beberapa daerah. “Hanya satu dari 10 siswa Sudan Selatan yang masuk sekolah menyelesaikan pendidikan dasar di tengah kekurangan fasilitas dan guru terlatih,” kata Kepala UNICEF di Sudan Selatan, Phuong Nguyen T.
Dia menambahkan memang anggaran yang sangat rendah dari pemerintah untuk sektor pendidikan. Hal ini memicu ketidakstabilan dan menyebabkan penurunan kualitas pendidikan.
Namun demikian, pendaftaran sekolah naik di atas 30 persen setelah Sudan Selatan merdeka pada 2011. “Namun karena perang dan kurangnya gedung sekolah juga guru yang berkualitas, telah memperlambat pertumbuhan pendidikan,” kata seorang pejabat Sudan Selatan.