Rabu 13 Jan 2016 21:00 WIB

Australia Tolak AS Tingkatkan Kontribusi Militer Perangi ISIS

Red:
Australia menolak permintaan AS agar negara yang terlibat dalam pasukan koalisi memperluas kontribusi militernya untuk meningkatkan perang melawan ISIS.
Foto: abc news
Australia menolak permintaan AS agar negara yang terlibat dalam pasukan koalisi memperluas kontribusi militernya untuk meningkatkan perang melawan ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Australia secara resmi  menolak permintaan Amerika Serikat untuk meningkatkan komitmen militer Australia di Timur Tengah.

Sekretaris Pertahanan AS, Ash Carter meminta seluruh negara yang terlibat dalam kampanye memerangi ISIS di Timur Tengah untuk mempertimbangkan perluasan upaya mereka untuk meningkatkan serangan terhadap militant ISIS.
 
Saat ini, Pemerintahan Turnbull tidak bersedia memenuhi permintaan sekutunya, AS, tersebut. Namun demikian Australia menyatakan siap memberikan kontribusi kedua terbesar untuk mendukung aksi militer di kawasan Timur Tengah.
 
"Amerika Serikat telah meminta 40 atau lebih negara, termasuk negara-negara di Eropa untuk memperluas kontribusi mereka terhadap pasukan koalisi, menyusul serangan di Paris,” kata juru bicara Menteri Pertahanan, Marise Payne baru-baru ini.
 
"Australia telah mempertimbangkan permintaan dari Sekretaris Departeman Ash Carter, mengingat kontribusi substansial yang sudah kita buat dalam melatih pasukan keamanan Irak dan juga untuk serangan udara.
 
"Pemerintah Australia telah menyampaikan kepada Sekretaris Carter kalau Australia masih akan tetap mempertahankan kontribusinya seperti yang tercatat saat ini,”
 
Namun menurut Marisa Payne, Australia masih akan tetap memainkan peran penting di kawasan itu. "Australia juga tetap bersedia untuk memberikan kontribusi yang sangat penting di pasukan koalisi ini, dan Kami akan meningkatkan jumlah personel ADF di markas koalisi dari 20 personil menjadi 30," kata juru bicara itu.
 
"Pesawat kami di Timur Tengah yang selalu siap sedia memberikan dukungan tambahan pesawat pengangkut yang bermanfaat dalam mendukung aksi kemanusiaan yang dilakukan pasukan koalisi,”
 
“Pemerintah Australia juga mempertimbangkan untuk memberikan dukungan kemanusiaan lebih lanjut di Suriah dan Irak dalam beberapa bulan mendatang.
 
Perdana Menteri Malcolm Turnbull menurut rencana akan melakukan perjalanan ke Washington pekan depan, di mana ia diperkirakan akan mengadakan pembicaraan dengan pejabat senior pertahanan dan intelijen AS serta Presiden Barack Obama.
 
Australia telah mengirimkan lebih dari 400 personil di Timur Tengah, untuk melaksanakan berbagai peran.
 
Angkatan Udara Australia - Royal Australian Air Force (RAAF) juga sudah mengirimkanpesawat jet ke wilayah tersebut untuk melaksanakan serangan udara terhadap teroris di Irak pada Oktober 2014.
 
Pada bulan September tahun ini, mantan Perdana Menteri  Tony Abbott mengumumkan perluasan serangan untuk Suriah.
 
Bulan lalu, Parlemen Inggris akhrinya menyetujui pengiriman Angkatan Udara Inggris untuk ikut bergabung dalam operasi militer di wilayah itu.
 
Suriah telah terlibat dalam perang saudara berdarah sejak pemberontakan rakyat terhadap Presiden Bashar al-Assad pada 2011.
 
Lebih dari 200 ribu orang tewas dan sekitar 4 juta terpaksa meninggalkan rumah mereka di tengah pertempuran antara pasukan Assad, ISIS dan militan Islam lainnya serta kelompok-kelompok pemberontak lainnya.
 
Tentara Australia juga terlibat dalam pelatihan pasukan Irak yang berjuang melawan ISIS di negara itu.
 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement