Kamis 14 Jan 2016 08:48 WIB

Afrika Barat Diklaim Sudah Bebas Virus Ebola

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Ilham
Deteksi Penyakit Digital telah digunakan untuk mengumpulkan data tentang wabah Ebola di Afrika Barat
Foto: Katherine Mueller/IFRC
Deteksi Penyakit Digital telah digunakan untuk mengumpulkan data tentang wabah Ebola di Afrika Barat

REPUBLIKA.CO.ID, GUINEA -- Badan Kesehatan Dunia (WHO) diharapkan bisa segera mengumumkan berakhirnya wabah virus Ebola di Afrika Barat. Pengumuman ini lantaran sudah tidak ditemukannya kasus baru virus Ebola dalam 42 hari terakhir di sekitar kawasan Afrika Barat.

Setidaknya dalam dua tahun terakhir, wabah virus Ebola pecah di negara-negara sekitar kawasan Afrika Barat. Namun, wabah itu diperkirakan sudah berakhir pada bulan ini.

Hal ini didasarkan pada sudah tidak ditemukannya lagi kasus virus Ebola, khususnya di Liberia. Status serupa juga dialami oleh Guinea dan Sierra Leone dalam beberapa bulan terakhir.

Kendati begitu, walaupun Liberia akan menjadi negara terakhir yang diumumkan bebas virus Ebola, namun kekhawatiran munculnya kembali wabah itu tetap ada. Untuk itu, otoritas kesehatan setempat diharapkan terus melakukan pengawasan secara berkala. Berdasakan pengalaman sebelumnya, negara yang pernah dinyatakan bebas virus Ebola, justru malah kembali terjangkit virus tersebut dalam beberapa bulan berikutnya.

Namun, jika sudah tidak ada laporan kasus baru di Liberia, maka WHO diharapkan mengumumkan berakhirnya virus Ebola di kawasan Afrika Barat pada Kamis (14/1) waktu setempat. Pengumuman itu pun akan memiliki arti sangat penting dalam upaya melawan wabah virus Ebola, lantaran sudah tidak ada kasus baru yang ditemukan di dunia.

''Kami akan tetap hati-hari dan tetap meminta kepada masyarakat untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar wabah ini tidak terjadi lagi,'' kata Kepala Kantor Kesehatan Liberia, Francis Karteh, seperti dikutip The Guardian, Kamis (14/1).

Secara total, virus Ebola telah menginfeksi sekitar lebih dari 28.600 orang di Liberia, Sierra Leone, dan Guinea. Setidaknya 11 ribu orang meninggal akibat terjangkir virus tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement