REPUBLIKA.CO.ID, BANJUL -- Presiden Gambia Yahya Jammeh mencabut dekrit yang memerintahkan pegawai perempuan di pemerintahan harus menutup rambut mereka di tempat kerja. Hal itu dilakukan untuk membuat para perempuan ini bahagia.
Dilansir BBC News, Kamis (14/1), dalam sebuah pernyataan dari kantornya, ia mengatakan para perempuan tersebut adalah sahabatnya sehingga perlu membuat mereka bahagia. Ia mengatakan, langkah ini sejalan dengan identitas agama dan nilai-nilai bangsa.
Menurut larangan yang dikeluarkan 4 Januari lalu, disebutkan staf perempuan dalam pemerintahan di kementerian, departemen dan lembaga tak diperbolehkan mengekspos rambut mereka selama jam kerja. Hal ini ditentang kelompok-kelompok oposisi.
Tapi pada Kamis, Jammeh mengatakan larangan tersebut tak ada hubungannya dengan agama. "Perempuan merupakan teman terbaik (Jammeh), mereka saudara-saudara perempuannya, dan ia di sini untuk kesejahteraan dan kebahagiaan mereka setiap saat," katanya.
Gambia selama ini populer di kalangan turis Barat karena pantainya. Sekitar 90 persen penduduk Gambia merupakan Muslim. Menurut perintah Islam perempuan harus menutupi rambut dan kepala mereka di depan umum.
Aktivis memandang Jammeh sebagai pemimpin yang memimpin rezim brutal dan tak toleran terhadap perbedaan pendapat. Tapi Jammeh sendiri menggambarkan dirinya sebagai Muslim yang taat dan memiliki kekuatan ajaib, salah satunya menyembuhkan AIDS dengan ramuan herbal.