Sabtu 16 Jan 2016 14:31 WIB

Game Rasis Terhadap Suku Aborigin Ditarik dari Peredaran

Aborigin
Foto: AP/ Rick Rycroft
Aborigin

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Permainan video di Australia, yang mengajak pemainnya membunuh orang Aborigin, ditarik dari toko maya. Sebanyak lebih dari 50 ribu orang menandatangani petisi menentang permainan rasis tersebut.

Permainan "Survival Island 3, Australia Story", membuat pemainnya harus menemukan cara bertahan hidup di salah satu tempat paling berbahaya di dunia, termasuk harus bertarung dengan penduduk asli Aborigin. Anda harus menyerang rumah mereka.

Petisi berjaringan change.org, yang ditandatangani lebih dari 50.000 orang sejak dibuat pada Jumat, menyerukan permainan tersebut ditarik dari toko aplikasi telepon genggam. Penandatangan petisi itu mengatakan bahwa membunuh penduduk asli Australia bukan bahan permainan.

"Menjual permainan memromosikan rasisme dan stereotip negatif terhadap penduduk asli Australia tidak dapat diterima," kata petisi itu.

Pada Sabtu, aplikasi permainan itu telah ditarik dari iTunes dari Apple dan Google Play. Juru bicara perusahaan teknologi Google, yang menawarkan aplikasi melalui Google Play pada platform ponsel Android, tidak menanggapi permainan itu tetapi mengatakan Google akan menghapus aplikasi yang melanggar kebijakan.

Sementara itu, Apple belum menanggapi perhal ini. Developer juga belum bisa dihubungi untuk memberikan komentar. Anggota Komisi Diskriminasi Ras Australia, Tim Soutphommasane, menulis di Twitter: "permainan yang mempromosikan kekerasan dan kebencian terhadap orang Aborigin itu tidak dapat diterima".

Orang Aborigin, suku paling malang di Australia, diperkirakan berjumlah sekitar satu juta pada saat kependudukan Inggris. Namun, sekarang hanya ada 470.000 dari jumlah rakyat Australia sebanyak 23 juta. Warga Aborigin mengalami masalah penyakit, penjara dan masalah lain masyarakat dengan tingkat sangat tinggi. Sebaliknya, mereka mendapatkan akses pendidikan, pekerjaan dan kehidupan yang lebih rendah.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement