REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Dampak krisis ekonomi terlihat dalam kehidupan sehari-hari di Rusia. Banyak warga sekarang hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah orang yang mencari bantuan pun meningkat.
Salah satu gereja putih di pusat Moskow memberikan bantuan makanan gratis untuk warga tidak mampu. Di depan pintu gereja, berdiri lebih dari seratus orang menunggu pembagian makanan.
Uniknya jika Anda menanyakan pada para warga pengantre makanan, maka tidak satu pun yang menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin atas kesulitan ekonomi tersebut. Beberapa orang mengatakan itu adalah perbuatan tokoh bayangan dalam pemerintahan, sementara yang lain menyalahkan dunia bisnis yang tidak berperasaan.
Karina, misalnya, mengatakan administrasi publik-lah yang harus disalahkan karena telah melupakan orang miskin dan tidak peduli pada orang yang tidak mempunyai uang.
"Vladimir Putin adalah Presiden yang baik, dia tidak bisa mengurus semuanya," kata Karina seperti dilansir dari Deutsche Welle, Ahad (17/1) waktu setempat.
Ekonomi Rusia memang tidak berjalan lancar. Harga minyak internasional yang rendah adalah hal buruk bagi keuangan negara. Padahal, ekspor minyak dan gas merupakan salah satu sumber pendapatan utama negara. Sanksi perdagangan yang diberlakukan Barat memperburuk situasi.
Menteri keuangan Rusia Anton Siluano mengumumkan pemotongan 10 persen secara keseluruhan pengeluaran pemerintah. Presiden Vladimir Putin telah berulang kali menyatakan krisis ekonomi telah berakhir. Namun menurut survei terbaru, lebih dari setengah situasi Rusia malah memburuk. Inflasi tinggi, nilai tukar rubel terhadap dolar dan euro melemah, dan banyak warga kehilangan tempat tinggalnya.
Tak hanya sampai di situ, harga makanan pun meroket. Kantor statistik di Moskow mencatat kenaikan harga hampir 13 persen dibandingkan akhir 2014. Bahkan harga beberapa produk, seperti ikan kaleng, acar mentimun dan mayones sudah naik 30 persen.